Beranda / Berita / Pewaris Kerajaan Aceh: Alam Peudeung Bisa Pacu Kesejahteraan Aceh

Pewaris Kerajaan Aceh: Alam Peudeung Bisa Pacu Kesejahteraan Aceh

Rabu, 31 Juli 2019 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pengemban Amanah Waris DiRadja Keradjaan Atjeh Darussalam, PSB DYMM Tuanku Muhammad ( I ) ZN AL-Haj. [FOTO: IST] 

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pewaris Kerajaan Atjeh Darussalam menyatakan simbol Alam Peudeung dapat memicu kebangkitan kesejahteraan Aceh yang hari ini sedang mengalami kemunduran peradaban.   

Hal itu disampaikan Pengemban Amanah Waris DiRadja Keradjaan Atjeh Darussalam, PSB DYMM Tuanku Muhammad ( I ) ZN AL-Haj saat ditemui sejumlah awak media, Selasa (30/07/2019), di Banda Aceh.

Tuanku Muhammad menerangkan, saat ini hal yang paling penting dilakukan di Aceh adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh serta membangun kebersamaan demi kemakmuran masa depan Aceh.

"Bendera Alam Peudeung mencerminkan keluhuran peradaban Aceh serta menggambarkan religiusitas masyarakat Aceh dan sampai sekarang itu masih ada, maka sebaiknya Pemerintah Aceh mempertimbangkan untuk dijadikan bendera Provinsi Aceh menggantikan bendera bulan bintang yang ditolak oleh Pemerintah Pusat," tegasnya.

Apalagi, sambung Tuanku, saat ini peradaban Aceh sedikit mengalami kemunduran sehingga perlu dilakukan perubahan oleh semua pihak di Aceh. Karena itu, Alam Peudeung dapat dijadikan sebagai simbol Aceh yang dapat membangkitkan semangat masyarakat Aceh untuk membangun daerah.

Dengan pemakaian bendera Alam Peudeung, Aceh setidaknya dapat termotivasi dengan masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam saat dipimpin Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16 Masehi dengan simbol Alam Peudeung-nya yang mampu menyatukan bangsa.

Menurut Tuanku Muhammad, simbol kebesaran Kesultanan Aceh Darussalam yang diakui dunia adalah bendera Alam Peudeung. Karena itu, terkait persoalan bendera yang saat ini menjadi trending topic di masyarakat Aceh sudah semestinya merujuk pada historis.

"Jika persoalan bendera Aceh yang diusulkan DPRA yaitu bendera Bulan Bintang yang digunakan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tidak menemui titik terang dari Pemerintah Pusat, maka lebih baik menggunakan bendera Alam Peudeung," ujarnya.

Dia menambahkan, "ini hanya sebuah saran untuk segera menyelesaikan masalah bendera Aceh yang hingga saat ini Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Aceh belum kembali membahas persoalan bendera bulan bintang yang didesain oleh Tgk Muhammad Hasan Ditiro untuk menjadi bendera Aceh."  

Tuanku Muhammad menjelaskan, berdasarkan catatan sejarah dari berbagai sumber, bendera resmi kerajaan Aceh adalah dasar merah dengan bulan bintang di tengah sebagai simbol Islam sama seperti bendera Negara Turki. Hal itu menunjukkan kerajaan Aceh berlandaskan Alquran dan Alhadits.

"Sementara pedang merupakan lambang kedaulatan Aceh dan juga menunjukkan sifat orang Aceh yang tegas dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Ada istilah di Aceh yaitu, Hudep Saree Matee Syahid, Salah Narik Peudeung Peuteupat, Salah Seunambat Teupeuroe Dumna," terang pewaris kerajaan Aceh itu.

"Penambahan gambar pedang pada bendera tersebut sebagai sifat orang Aceh diletakkan di bawah bintang bulan. Kesamaan bendera Turki dengan alam peudeung Aceh menandakan hubungan yang terjalin sangatlah harmonis antara Aceh dan Turki pada masa dahulu," ujarnya.

Dia menerangkan, sudah hampir 125 tahun Bendera Alam Peudeung tidak pernah berkibar di Tanah Rencong. Namun untuk membangkitkan kejayaan Aceh pada masa silam, saat Upacara Adat Istiadat pada 11 September 2018, Pewaris DiRadja Atjeh Darussalam PSB DYMM Tuanku Muhammad ( I ) ZN AL-Haj kembali mengibarkan simbol kebesaran Aceh.

Pada perayaan peringatan tahun baru islam 1 Muharram 1440 H setahun silam tersebut dihadiri DiRadja dari nusantara dan luar negeri sehingga acara itu berlangsung meriah dan menjadi sarana untuk membangkitkan kembali kejayaan Aceh di masa depan.(red/rel)

Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda