Beranda / Ekonomi / Pengangguran Aceh, Ekonom: Perlunya Pemerataan Pembangunan

Pengangguran Aceh, Ekonom: Perlunya Pemerataan Pembangunan

Minggu, 04 Agustus 2024 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : ARN

Fakhruddin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK). Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh menunjukkan tren penurunan. Data terbaru mencatat angka 5,56 persen pada Februari 2024, turun 0,19 persen poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, menurut ekonom setempat, TPT sekitar 5% itu adalah angka mendekati ideal.

Sejak pandemi COVID-19 melanda, TPT Aceh mengalami fluktuasi signifikan. Februari 2020 tercatat 5,40 persen, melonjak ke 6,59 persen pada Agustus 2020. Angka ini kemudian berfluktuasi di kisaran 6 persen hingga akhirnya menunjukkan penurunan berarti pada awal 2024.

“Jika angka TPT sebesar 5,56% maka pengangguran tidak terlalu mengkhawatirkan,” ujar Fakhruddin, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK), Minggu (4/8/2024) kepada Dialeksis.com. 

Ia menjelaskan bahwa angka tersebut menggambarkan dari setiap 100 orang angkatan kerja di Aceh, masih ada 6 orang yang menganggur.

Fakhruddin menekankan perlunya strategi komprehensif untuk mengatasi masalah ini. "Pemerintah Aceh harus melakukan pemerataan pembangunan terutama pada 2 wilayah yaitu DTGA dan pesisir barat selatan,” tuturnya. 

Ia juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia. "Tanpa peningkatan kompetensi, sulit bagi tenaga kerja Aceh untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif," tambahnya.

Meski demikian, pengamat ekonomi Fakhruddin menilai upaya pemerintah belum optimal. "Perlu ada sinkronisasi lebih baik antara dunia pendidikan dan industri. Juga, program kewirausahaan harus lebih digalakkan," katanya.

Terlepas dari penurunan TPT, Fakhruddin menegaskan Aceh masih menghadapi tantangan berat dalam mengatasi pengangguran. 

“Tantangan berat adalah menciptakan distribusi pendapatan yang merata guna mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah di Aceh,” pungkasnya.***

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda