DIALEKSIS.COM | Jakarta - Dengan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang baru saja berlalu, Jakarta telah menyaksikan perubahan signifikan dalam hal keamanan dan dampaknya terhadap perekonomian kota, khususnya di sektor pariwisata dan perhotelan.

Tahun ini, Polri DKI Jakarta mengimplementasikan strategi pengamanan yang lebih ketat selama masa Nataru. Langkah ini direspons positif oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta. 

Menurut Ketua PHRI DKI Jakarta, Soetrisno Iwantono, kebijakan keamanan yang ditingkatkan ini tidak hanya menjaga ketertiban umum tetapi juga telah membuka peluang baru bagi sektor pariwisata dan perhotelan di ibu kota.

Tingkat keterisian kamar hotel di Jakarta selama Nataru mencapai angka yang mengesankan, yaitu 80-100 persen. 

"Ini merupakan hasil langsung dari rasa aman yang dirasakan oleh wisatawan dan penduduk lokal, berkat upaya keamanan yang dilakukan oleh Polri," ujar Soetrisno.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, menambahkan bahwa efek positif ini merambat ke sektor lain. 

"Kami melihat peningkatan aktivitas di restoran, cafe, pusat hiburan, dan pusat perbelanjaan. Bahkan sektor ritel, jasa transportasi, dan layanan pengiriman barang juga turut menikmati dampak positif dari perayaan Nataru ini," kata Shinta.

Peningkatan pengamanan selama Nataru tidak hanya memberikan rasa aman bagi masyarakat, tetapi juga membuka peluang baru bagi kebangkitan ekonomi di Jakarta. Hal ini menjadi contoh bagaimana kebijakan keamanan yang efektif dapat berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi lokal, khususnya di sektor pariwisata dan perhotelan. [*]