kip lhok
Beranda / Ekonomi / Madu Hutan Ulu Masen Potensi Sumber Ekonomi Baru di Aceh Jaya

Madu Hutan Ulu Masen Potensi Sumber Ekonomi Baru di Aceh Jaya

Senin, 03 Juni 2024 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

 

Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Jaya (Ikajaya) Amal Hasan, SE, M.Si. Foto: MC Aceh


DIALEKSIS.COM | Calang - Sebagian besar wilayah hutan di Indonesia dikenal sebagai kawasan penyangga kehidupan dunia. Hutan hujan tropis yang kaya dengan keanekaragaman hayati flora dan fauna merupakan rumah bagi berbagai spesies satwa dilindungi.

Ulu Masen adalah kawasan hutan hujan tropis yang membentang di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Besar, Aceh Barat, Pidie, dan Pidie Jaya, dengan luas diperkirakan melebihi 700 hektar.

Kawasan ini menjadi habitat berbagai flora dan fauna Sumatra seperti orangutan, gajah, harimau, macan dahan, beruang madu, kukang, siamang, kambing hutan, rangkong, serta berbagai jenis reptil dan serangga.

Hutan Ulu Masen kini juga menjadi salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat setempat. Di tengah lebatnya rimba, lebah-lebah hutan liar membentuk koloni dan membuat sarang di dahan-dahan pepohonan tinggi serta di atas bukit-bukit berbatu. Menurut informasi warga setempat, produksi madu liar yang dipanen di hutan Ulu Masen bisa mencapai lebih dari satu ton per tahun.

Warga berharap pemerintah dapat menjaga kelestarian Taman Nasional dan Konservasi Ulu Masen agar siklus produksi madu hutan dapat berlangsung dalam jangka panjang secara alamiah, sehingga menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat sekitar. Pemerintah perlu mengelola sambil menjaga kelestarian alam.

Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Jaya (Ikajaya), Amal Hasan, melihat produksi madu alami di kawasan hutan Ulu Masen sebagai berkah alam untuk masyarakat Aceh Jaya.

Madu alami dengan kualitas super menjadi incaran pasar, baik lokal maupun internasional. Ini merupakan prospek dan peluang ekonomi baru yang bernilai tambah, serta berpotensi menjadi produk andalan Aceh Jaya ke depannya.

“Kualitas madu hutan yang lebih manis dan lebih kental dibandingkan madu di sekitar pemukiman memiliki potensi ekonomi yang besar jika dikelola dengan baik. Pemerintah perlu hadir memberdayakan petani madu, mulai dari metode panen yang ramah lingkungan, proses penirisan dan pengemasan, hingga pemasarannya,” kata Amal Hasan pada Minggu (2/6/2024).

Ekonom yang juga mantan Direktur Bank Aceh Syariah ini menambahkan bahwa untuk memberi nilai tambah secara komersial bagi pemasaran madu Ulu Masen, perlu dilakukan pemberdayaan dari hulu hingga ke hilir. Ini mencakup penyediaan peralatan kerja yang aman, proses pengemasan yang higienis agar kualitas madu tetap terjaga, hingga pembiayaan dan bantuan pemasaran.

Jika pengelolaan madu hutan ini dimaksimalkan, ia akan menjadi sumber penghasilan yang sangat menjanjikan bagi masyarakat. Saat ini, proses pengolahan dan pemasaran masih dilakukan secara tradisional oleh kelompok petani madu. Kehadiran pemerintah melalui penyuluhan-penyuluhan dan modernisasi teknologi eksplorasi diyakini akan mengembangkan potensi ekonomi baru dari sumber daya alam yang tersedia untuk masyarakat Aceh Jaya.

Amal Hasan menambahkan, banyak warga masyarakat yang menggantungkan harapan sebagai pencari madu hutan menjadi profesi baru. Keahlian mereka dalam mencari dan mengolah madu secara higienis telah diwariskan secara turun-temurun. Mereka memahami bagaimana memanen madu di pohon tanpa mengganggu siklusnya, sehingga kelestarian alam dan ketersediaan madu bisa berlanjut terus menerus.

“Pemerintah perlu memberdayakan petani madu dengan program pemberdayaan dan pengelolaan yang ramah lingkungan serta mata rantai produksi hingga pemasaran yang berkelanjutan,” tambah Ketua Perhumas Aceh tersebut.

Amal Hasan berharap dengan pengelolaan yang baik, ketersediaan madu yang melimpah di hutan Ulu Masen bisa menjadi berkah bagi masyarakat Aceh Jaya.

Pemerintah Aceh Jaya perlu membuat kawasan khusus untuk budi daya madu di Ulu Masen. Setelah kawasan itu terbentuk, selain petani madu dan masyarakat sekitar terberdayakan, kawasan tersebut juga bisa dikembangkan menjadi areal wisata minat khusus.

“Areal wisata khusus ini memiliki nilai jual yang tinggi, di mana para wisatawan dapat menemukan hal-hal baru dan kegiatan yang tidak ditemukan pada pariwisata lainnya. Salah satunya adalah wisata berbasis penelitian ilmiah serta wisata khusus kawasan konservasi flora dan fauna,” pungkas Amal Hasan. (*)

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda