Senin, 06 Oktober 2025
Beranda / Ekonomi / Kinerja Positif IKFT Dorong PDB Nasional, Hilirisasi Jadi Kunci Daya Saing

Kinerja Positif IKFT Dorong PDB Nasional, Hilirisasi Jadi Kunci Daya Saing

Senin, 06 Oktober 2025 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan sektor industri pengolahan nonmigas terus menunjukkan taringnya dalam menopang kinerja ekspor nasional.[Foto: dok. Kemenperin]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sektor industri pengolahan nonmigas terus menunjukkan taringnya dalam menopang kinerja ekspor nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2025 sektor ini menyumbang hingga 72,55% dari total ekspor Indonesia dengan nilai mencapai US$13,22 miliar.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut capaian ini sebagai bukti ketahanan industri nasional di tengah dinamika ekonomi global.

“Capaian ini menunjukkan industri pengolahan nonmigas memiliki peran strategis dalam menjaga kinerja ekspor sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional,” ujar Agus dalam pernyataan resmi yang diterima pada Senin (6/10/2025).

Secara tahunan (year on year/yoy), ekspor industri pengolahan nonmigas tumbuh 7,91% dibandingkan Agustus 2024. Sementara secara kumulatif sepanjang Januari hingga Agustus 2025, nilainya telah mencapai US$104,43 miliar, berkontribusi 71,32% terhadap total ekspor nasional.

Sektor Kimia dan Tekstil Jadi Penggerak Utama

Pertumbuhan positif juga terlihat dari Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) yang mencatat pertumbuhan 6,70% yoy. Sektor ini disebut menjadi salah satu motor utama penggerak ekonomi nasional.

Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Sri Bimo Pratomo, menegaskan bahwa tren positif tersebut merupakan hasil sinergi antara pelaku industri dan pemerintah.

“Capaian ini tidak lepas dari penguatan struktur industri dalam negeri, peningkatan ekspor, dan kebijakan yang konsisten,” jelas Bimo.

Bimo juga menyebut sektor IKFT telah berkontribusi 3,82% terhadap PDB nasional.

“Ini menandakan peran strategis sektor IKFT sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.

Lonjakan di Subsektor Unggulan

Beberapa subsektor di bawah IKFT mencatat lonjakan tajam. Industri Bahan Galian Non Logam tumbuh 10,07% pada triwulan II 2025, berbalik arah dari kontraksi 1,68% pada triwulan sebelumnya.

Sementara industri kimia, farmasi, dan obat tradisional melonjak 9,39%, jauh di atas pertumbuhan 3,68% pada triwulan I 2025. Industri kulit, barang kulit, dan alas kaki juga meningkat menjadi 8,31% dari sebelumnya 6,95%.

Kinerja positif turut ditopang oleh ekspor unggulan. Berdasarkan data BPS, ekspor alas kaki (HS 64) sepanjang Januari-Agustus 2025 mencapai US$5,16 miliar, naik 11,89% dari periode sama tahun lalu.

Sementara ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) naik tipis 0,24% menjadi US$8,01 miliar. Secara total, ekspor gabungan alas kaki dan TPT menembus US$13,17 miliar, tumbuh 4,51% dibanding tahun lalu.

Produk kimia (HS 38) juga menyumbang besar dengan nilai US$6,12 miliar.

Industri Masih Ekspansif

Hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) periode September 2025 menunjukkan sektor manufaktur masih berada di zona ekspansi dengan skor 53,02 poin. Seluruh subsektor IKFT dilaporkan konsisten tumbuh positif selama tiga bulan terakhir.

“Kami terus berkomitmen mendorong pengembangan industri nasional melalui peningkatan ekspor, ketersediaan bahan baku, dan optimalisasi kapasitas produksi,” ujar Bimo.

Hilirisasi Jadi Kunci Daya Saing

Kemenperin kini fokus memperkuat kebijakan hilirisasi dan substitusi impor, terutama di sektor kimia berbasis migas dan bahan galian non logam. Langkah ini diharapkan mampu menambah nilai ekspor dan memperkuat ketahanan industri nasional.

“Melalui hilirisasi, kami ingin memperluas basis ekspor dan memperkuat pasokan bahan baku dalam negeri,” tegas Agus. “Kami juga terus membuka akses pasar global dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.” [red]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI