kip lhok
Beranda / Ekonomi / Kelangkaan Emas di Depan Mata

Kelangkaan Emas di Depan Mata

Rabu, 12 Juni 2024 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi kelangkaan emas. Foto: net

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kelangkaan emas diperkirakan akan terjadi dalam waktu mendatang. Hal ini seiring dengan kesulitan industri pertambangan emas dalam mempertahankan pertumbuhan produksi karena logam mulia tersebut semakin jarang ditemukan.

Dewan Emas Dunia (WGC) mengungkapkan adanya kenaikan tipis produksi tambang emas sebesar 0,5 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Kepala Strategi Pasar WGC John Reade mengatakan, "Semakin sulit menemukan, mengizinkan, membiayai, dan mengoperasikan emas."

Meski WGC mencatat rekor produksi tambang emas pada kuartal pertama 2024, naik 4 persen secara tahunan, tren produksi emas secara luas telah mandek sejak 2016. Pada 2023, pertumbuhan produksi hanya 0,5 persen, sedangkan pada 2022 sebesar 1,35 persen.

"Setelah 10 tahun mengalami pertumbuhan pesat sejak sekitar 2008, industri pertambangan kesulitan melaporkan pertumbuhan produksi yang berkelanjutan," kata Reade. Ia menjelaskan bahwa deposit emas baru semakin sulit ditemukan di seluruh dunia karena banyak wilayah prospektif telah dieksplorasi.

Penambangan emas skala besar membutuhkan banyak modal, eksplorasi, dan pengembangan yang signifikan, dengan waktu rata-rata 10 hingga 20 tahun sebelum sebuah tambang siap berproduksi. Selain itu, hanya sekitar 10 persen dari penemuan emas global mengandung cukup logam untuk menjamin penambangan.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat sekitar 187.000 metrik ton emas telah ditambang hingga saat ini, dengan cadangan emas yang dapat digali diperkirakan sekitar 57.000 ton.

"Semakin sulitnya mendapatkan izin pemerintah dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya telah membuat penambangan semakin sulit," tambah Reade, menyinggung bahwa izin pertambangan dapat memakan waktu beberapa tahun.

Selain itu, banyak proyek pertambangan direncanakan untuk daerah terpencil yang memerlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air, sehingga menimbulkan biaya tambahan dalam pembangunan tambang dan pembiayaan operasi.

Meski demikian, harga emas sedikit tertahan setelah reli ke rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, didukung oleh kuatnya permintaan yang dipimpin oleh China. Saat ini, emas diperdagangkan pada US$2.294,3 per ons.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda