Minggu, 08 Juni 2025
Beranda / Ekonomi / Kalimantan: Surga Berlian yang Terlupakan

Kalimantan: Surga Berlian yang Terlupakan

Sabtu, 07 Juni 2025 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Sungai Barito di Kalimantan Selatan. Foto: pbase.com


DIALEKSIS.COM | Kalimantan - Fenomena penemuan harta berharga secara tak terduga kerap terjadi di Indonesia, bahkan telah berlangsung puluhan tahun. Salah satu kisah terkenal terjadi pada Desember 1954. Seorang warga yang sedang berenang di tepi Sungai Barito secara tak sengaja menemukan sebongkah batu ternyata berlian bernilai fantastis.

Menurut laporan Harian Merdeka (25 Desember 1954), berlian itu berbobot 30 karat dan dihargai Rp500.000 pada masanya. Angka itu sungguh luar biasa: tahun 1954, harga satu gram emas hanya sekitar Rp86. Artinya, uang Rp500.000 setara dengan 5,8 kilogram emas! Jika dikonversi ke nilai sekarang, jumlahnya mencapai sekitar Rp6 miliar.

"Orang itu, yang sebelumnya hidup dalam kemiskinan, seketika berubah menjadi sangat kaya," tulis Harian Merdeka.

Ternyata, penemuan berlian di Sungai Barito bukan hal langka. Laporan yang sama menyebutkan warga lain juga kerap menemukan berlian beragam ukuran, mulai 22 hingga 50 karat, dengan nilai jual mencapai Rp850.000.

Banyaknya temuan ini bahkan melahirkan profesi baru para pemburu berlian yang menyusuri sungai - sungai di Kalimantan.

Reputasi Kalimantan sebagai penghasil berlian sebenarnya telah dikenal sejak lama. Penjelajah Portugis Tome Pires, dalam catatan Suma Oriental, menyebut Kalimantan (yang dijuluki Pulau Khatulistiwa) sebagai penghasil berlian unggulan. Kota pelabuhan seperti Banjar (Kalimantan Selatan) dan Lawe (Kalimantan Barat) pun dikenal sebagai pusat perdagangan berlian untuk ekspor.

Pires bahkan menobatkan berlian Kalimantan sebagai yang terbaik di dunia, tak tertandingi kualitasnya oleh daerah mana pun. Pendapat ini diamini Thomas Stamford Raffles (Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1811 - 1816). Dalam History of Java (1817), Raffles mencatat kemudahan menemukan berlian di Kalimantan mulai dari sungai, kaki bukit, hingga dataran biasa. Menurutnya, semakin dalam galian, semakin tinggi kualitas berliannya.

Tak heran sejak abad ke - 18, penjajah Eropa menjadikan berlian Kalimantan sebagai komoditas penting selain rempah. Catatan menunjukkan Belanda telah mengekspor berlian senilai US$200.000 - US$300.000 per tahun sejak 1738, mempercantik perhiasan bangsawan di seluruh dunia. [cnbcindonesia]

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI