Beranda / Ekonomi / ILO, USK, dan OJK Bersatu untuk Transformasi Sektor Minyak Nilam Aceh

ILO, USK, dan OJK Bersatu untuk Transformasi Sektor Minyak Nilam Aceh

Selasa, 15 Oktober 2024 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Universitas Syiah Kuala (USK), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama yang bertujuan untuk mentransformasi sektor minyak nilam di Aceh di Banda Aceh, Selasa (15/10/2024). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Universitas Syiah Kuala (USK), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama yang bertujuan untuk mentransformasi sektor minyak nilam di Aceh di Banda Aceh, Selasa (15/10/2024). Hal ini untuk mendukung pengembangan sektor minyak nilam di Aceh. 

Kerja sama ini akan fokus pada peningkatan kapasitas literasi keuangan bagi petani kecil dalam rantai nilai Atsiri Research Center (ARC) USK, melalui pelatihan dan teknologi digital inovatif serta perluasan akses pembiayaan.

Kolaborasi ini dianggap krusial, mengingat lebih dari 64,2 juta Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, yang mencakup sektor pertanian, berkontribusi signifikan terhadap PDB negara, menyumbang 60,5 persen dari keseluruhan PDB, dan mempekerjakan 97 persen dari tenaga kerja. 

Namun, meskipun pentingnya UMKM, sektor ini sering menghadapi kendala besar, termasuk keterbatasan akses ke kredit, pasar, dan dukungan regulasi yang memadai.

Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Simrin Singh, menyatakan bahwa potensi sektor minyak nilam Indonesia sangat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta menciptakan lapangan kerja layak. 

"Dengan kemitraan ini, kami memperkuat hubungan antara lembaga penelitian utama dengan sektor industri, memberikan manfaat langsung bagi para petani dan masyarakat," ujar Singh. 

Menurutnya, melalui upaya bersama ini, rantai nilai minyak nilam diharapkan dapat tumbuh lebih berkelanjutan, mendukung petani lokal, dan meningkatkan posisi Aceh di pasar domestik dan internasional.

Indonesia, khususnya Aceh, memiliki posisi strategis dalam industri minyak nilam global, memasok sekitar 80-90% kebutuhan pasar dunia, dengan Aceh menyumbang 70 persen dari total produksi. 

Oleh karena itu, proyek ini akan sangat fokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas produksi dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan penciptaan lapangan kerja yang layak.

Kolaborasi ini juga didukung oleh OJK melalui program Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI), yang diinisiasi untuk memperluas akses ke perbankan, asuransi, dan pasar modal bagi petani kecil di Aceh. 

Menurut Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, inisiatif ini bertujuan untuk membuka potensi penuh sektor minyak nilam di Aceh dengan memanfaatkan kekayaan alam dan sosial budaya daerah, sekaligus mempercepat pembangunan ekonomi pedesaan.

Data terbaru menunjukkan bahwa alokasi kredit untuk sektor minyak nilam di Aceh hanya mencapai 0,01 persen. 

Oleh karena itu, kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan dukungan keuangan bagi para petani, yang sangat membutuhkan modal untuk memastikan keberlanjutan produksi dan peningkatan kualitas hidup mereka.

Proyek Promise II Impact yang didukung oleh Pemerintah Konfederasi Swiss melalui SECO, kini memasuki fase kedua. 

Proyek ini berfokus pada peningkatan kapasitas penyedia layanan keuangan dan mendorong inklusi keuangan di Aceh. 

Sebanyak 200 petani nilam di Aceh telah mendapatkan manfaat dari program literasi keuangan dan pelatihan kewirausahaan, dengan 20 persen di antaranya adalah perempuan.

Olivier Zehnder, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN, menyampaikan bahwa proyek ini sangat relevan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Kolaborasi antara ILO, OJK, Universitas Syiah Kuala, dan Pemerintah Provinsi Aceh melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan, di mana sektor minyak nilam dapat menjadi model bagi sektor pertanian lain di Indonesia.

Dengan langkah ini, sektor minyak nilam Aceh diharapkan akan menjadi pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus menciptakan kesejahteraan bagi ribuan petani kecil dan membuka peluang ekspor yang lebih besar di masa depan.

"Kami bangga dapat mendukung inisiatif ini yang secara langsung mengatasi tantangan besar di sektor pertanian dan keuangan," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda