kip lhok
Beranda / Ekonomi / 565,135 Hektare Kebun Kelapa Sawit di Aceh, Pekerjakan 578 Ribu Tenaga Kerja

565,135 Hektare Kebun Kelapa Sawit di Aceh, Pekerjakan 578 Ribu Tenaga Kerja

Selasa, 02 April 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Malikussaleh, Ismadi mengungkapkan industri kelapa sawit saat ini mampu menyerap kurang lebih 16,2 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. [Foto; dok. Astra Argo]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Perkebunan kelapa sawit sebagai perkebunan padat karya berperan dalam menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan ekonomi nasional. Sawit juga senantiasa jadi primadona karena menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa bagi Indonesia.

“Industri kelapa sawit saat ini mampu menyerap kurang lebih 16,2 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. Tentunya dengan ketersediaan lapangan kerja ini dapat meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, kesehatan, dan juga mengurangi kantong-kantong Kemiskinan,” ujar Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Malikussaleh, Ismadi, saat menghadiri acara buka puasa di Banda Aceh, Senin (1/4/2024).

Aceh sendiri, lanjut Ismadi saat ini memiliki 565,135 Hektare (Ha) lahan kelapa sawit dan diperkirakan telah menyerap 578 ribu tenaga kerja.

Daerah dengan perkebunan kelapa sawit memiliki penurunan tingkat kemiskinan yang lebih signifikan dibandingkan daerah lain, salah satunya di Aceh.

Tak hanya itu, pria yang juga menjabat sebagai Koordinator wilayah Aceh pada Organisasi Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi) ini menyebutkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati paling efisien dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain.

Padahal secara luasan lahan, area kebun sawit jauh lebih kecil dibandingkan lahan komoditi penghasil minyak nabati lainnya.

Sebagai negara penghasil minyak sawit, sambung dia, Indonesia mempunyai prospek sangat baik untuk mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan, ditambah dilihat dari fungsinya minyak kelapa sawit menjadi vital yang digunakan sebagai keperluan setiap sendi kehidupan, hingga muncul slogan “no palm oil, no life”.

Ismadi menambahkan, kesejahteraan masyarakat melalui adanya industri kelapa sawit tidak lepas dari keberadaan suatu perusahaan di daerah tersebut.

Hal ini karena masyarakat dan perusahaan saling membutuhkan dan bekerjasama, salah satunya dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

“Hubungan antara sebuah perusahaan dengan masyarakat merupakan hubungan simbiosis saling membutuhkan. Masyarakat butuh perusahaan, demikian sebaliknya perusahaan memerlukan masyarakat,” jelas akademisi yang akrab disapa Is ini.

Pada kesempatan yang sama, Community Development Area Manager Aceh Astra Agro, Riduan Manik, menegaskan komitmen perusahaan untuk memperkuat aspek keberlanjutan, salah satunya dengan meluncurkan Astra Agro Sustainability Aspirations pada tahun 2022.

“Program Astra Agro Sustainability Aspirations ditargetkan tercapai tahun 2030, juga di antaranya wujudkan empat pilar CSR (bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lingkungan) untuk mencapai cita-cita sejahtera bersama bangsa,” terang dia.

Empat pilar CSR tersebut diturunkan di masing-masing anak perusahaan Astra Agro yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi, tak terkecuali di area Aceh.

“Bicara mengenai CSR, baru-baru ini PT Karya Tanah Subur (KTS), salah satu anak perusahaan Astra Agro yang berada di Aceh Barat, berhasil meraih juara 2 terbaik kategori CSR Madya yang diberikan oleh Bupati Aceh Barat,” bebernya.

Terpilihnya PT KTS mewakili anak perusahaan Astra Agro di area Aceh juga area lain, menurut Riduan, merupakan wujud nyata CSR perusahaan yang memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda