Trump Tanggapi Serangan Militer AS di Yordania dan Tuding Biden
Font: Ukuran: - +
Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump. Foto: newsweek.com
DIALEKSIS.COM | Dunia - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengemukakan suaranya terkait serangan drone terhadap militer AS di Yordania, yang menewaskan tiga anggota dan melukai puluhan anggota militer lainnya.
Trump menyatakan "simpati yang mendalam" kepada keluarga tiga anggota militer AS yang tewas pada Minggu (28/1/2024). Ia juga menyalahkan Presiden Joe Biden atas "hari yang mengerikan ini."
"Serangan kurang ajar terhadap Amerika Serikat ini merupakan konsekuensi mengerikan dan tragis dari kelemahan dan penyerahan diri Joe Biden," tulis Trump dalam serangkaian unggahan di Truth Social tentang serangan tersebut, seperti dikutip Newsweek.
Ia juga menyatakan sikap kerasnya terhadap Iran jika ia masih menjabat sebagai presiden. Trump mengatakan bahwa serangan ini "tidak akan pernah terjadi" jika dia masih berada di Gedung Putih.
"Hari yang mengerikan ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa kita perlu segera kembali ke PERDAMAIAN MELALUI KEKUATAN, sehingga tidak akan ada lagi kekacauan, tidak ada lagi kehancuran, dan tidak ada lagi hilangnya nyawa warga Amerika yang berharga. Negara kita tidak dapat bertahan jika Joe Biden sebagai komandannya," jelas Trump.
Pentagon mengonfirmasi tiga personel militer AS tewas dan lebih dari 30 lainnya terluka akibat serangan pesawat tak berawak di Yordania, sekutu dekat AS di Timur Tengah.
Biden menyalahkan serangan itu dilakukan oleh militan yang didukung Iran, dan para pejabat mengatakan serangan itu diluncurkan dari Suriah. Pasukan tersebut ditempatkan di dekat perbatasan Yordania-Suriah.
"Kami mengalami hari yang berat tadi malam di Timur Tengah. Kami kehilangan tiga jiwa pemberani dalam serangan di salah satu pangkalan kami," kata Biden dalam sambutannya di sebuah gereja di Carolina Selatan.
Setelah hening beberapa saat, Biden berkata, "dan kami akan menanggapinya."
Situasi di Timur Tengah semakin berbahaya bagi AS dan pasukannya yang ditempatkan di sana sejak 7 Oktober 2023, saat Hamas melancarkan serangan yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan sekitar 250 orang sandera. Israel menanggapinya dengan memutus pasokan penting dan listrik ke Gaza, dan menyatakan perang melawan Hamas.
Dalam beberapa bulan sejak perang dimulai, lebih dari 26.000 warga Palestina telah terbunuh. Ribuan warga Palestina lainnya masih hilang atau terluka parah, dan diperkirakan 80 persen dari lebih dari 2 juta orang yang tinggal di Gaza telah mengungsi. [cnbcindonesia.com]