kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Trump Ancam Musnahkan Ekonomi Turki

Trump Ancam Musnahkan Ekonomi Turki

Selasa, 08 Oktober 2019 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan). (Foto: BBC)


DIALEKSIS.COM | Amerika - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam bakal menghancurkan ekonomi Turki jika negara tersebut "melampaui batas" dalam melancarkan operasi militer ke Suriah.

Sebagaimana terungkap pada serangkaian cuitannya, Trump membela keputusannya untuk menarik pasukan AS dari bagian timur laut Suriah sehingga Turki dapat mengerahkan militernya untuk menyerang milisi Kurdi.

Keputusan Trump itu disebut sebuah kelompok Kurdi sebagai "tikaman ke punggung" mengingat milisi Kurdi adalah sekutu utama AS dalam mengalahkan ISIS di Suriah.

Berbagai kalangan juga mengritik keputusan Trump yang dinilai dapat membangkitkan kekuatan ISIS.

Setelah dihujani kritik, Trump mengunggah sederet cuitan. Dalam cuitan-cuitan itu, Trump memperingatkan Turki untuk tidak mengambil keuntungan dari keputusannya yang bertentangan dengan nasihat para pejabat senior di Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS.

Seperti dilansir BBC Indonesia, Trump menekankan bahwa dirinya bisa "menghancurkan dan memusnahkan" ekonomi Turki.

Tahun lalu, AS meningkatkan bea masuk pada produk-produk Turki sekaligus menerapkan beragam sanksi terhadap sejumlah petinggi Turki.

Namun, setelah Trump berbincang dengan President Turki, Recep Tayyip Erdogan, Gedung Putih sepakat menarik mundur pasukan AS di Suriah utara.

Trump berkata sudah saatnya "keluar dari perang tak berkesudahan yang mengada-ada ini, kebanyakan perang suku" dan "Turki, Eropa, Suriah, Iran, Irak, Rusia, dan Kurdi harus menyelesaikan sendiri situasinya".

Kantor kepresidenan Turki mengatakan Presiden Erdogan dan Presiden Trump telah berbincang melalui telepon mengenai rencana Turki untuk mendirikan "zona aman" di bagian timur laur Suriah.

Langkah itu dipandang perlu untuk memerangi "teroris" sekaligus menciptakan "kondisi-kondisi yang penting bagi kembalinya pengungsi Suriah ke negara asal mereka".

"Semua persiapan untuk operasi telah rampung," cuit Kementerian Pertahanan Turki.

Belakangan, juru bicara Pentagon, Jonathan Hoffman, mengatakan "Departemen Pertahanan telah membuat jelas kepada Turki dan kepada presiden bahwa kami tidak mendukung operasi Turki di Suriah Utara."

Ketua Senat AS, Mitch McConnell, yang merupakan petinggi Partai Republik di Kongres AS, adalah salah seorang politikus yang mengritik keputusan Trump.

Menurutnya, "penarikan pasukan AS dari Suriah hanya akan menguntungkan Rusia, Iran, dan rezim Assad".

McConnell juga mengatakan bahwa mayoritas anggota Senat risau dengan ancaman kelompok milisi Islam di Suriah sehingga mereka mendukung keberadaan pasukan AS di sana. "Kondisi yang menghasilkan keputusan bipartisan masih eksis hingga sekarang."

Lindsey Graham, senator Republik dan sekutu erat Trump, menyebut keputusan Trump "menuju bencana". Graham menekankan dirinya akan mengakukan resolusi di Senat yang menentang keputusan itu dan menuntut agar keputusan ditarik.

Reaksi berbagai individu lainnya:

Nikki Haley, mantan duta besar AS untuk PBB, mengatakan suku Kurdi "sangat penting dalam pertempuran yang sukses melawan " ISIS sehingga "meninggalkan mereka untuk mati adalah kesalahan besar".

Ketua DPR, Nancy Pelosi, mengatakan presiden "harus menarik balik keputusan yang berbahaya ini". Presiden Trump, menurutnya, "sembrono" dan "salah arah"

Kino Gabriel, juru bicara Pasukan Demokratik Suriah sokongan Kurdi (SDF) - yang menduduki bekas teritori ISIS di timur laut Suriah- mengatakan kepada stasiun televisi berbahasa Arab al-Hadath bahwa langkah Trump merupakan "sebuah kejutan dan kami bisa bilang itu tikaman pada punggung untuk SDF".

Brett McGurk, mantan utusan khusus presiden AS untuk koalisi melawan ISIS, mengatakan keputusan Trump menunjukkan "ketidakpahaman sama sekali mengenai apa yang terjadi di lapangan." (bc)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda