Senin, 22 September 2025
Beranda / Berita / Dunia / Obat Palsu Ancaman Global, BPOM-PSI Dorong Kolaborasi Lintas Negara

Obat Palsu Ancaman Global, BPOM-PSI Dorong Kolaborasi Lintas Negara

Senin, 22 September 2025 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Pharmaceutical Security Institute (PSI) menggelar workshop internasional bertajuk “Beyond Borders: Tackling Emerging Threats of Counterfeit Medicines in Public Health” pada 22-23 September 2025 di Kantor BPOM Pusat, Jakarta. [Foto: dok.BPOM]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Pharmaceutical Security Institute (PSI) menggelar workshop internasional bertajuk “Beyond Borders: Tackling Emerging Threats of Counterfeit Medicines in Public Health” pada 22-23 September 2025 di Kantor BPOM Pusat, Jakarta.

Acara yang berlangsung secara hybrid ini mengangkat tema “Combating Counterfeit and Diverted Pharmaceutical Products” dan dihadiri oleh 70 peserta luring dari berbagai instansi. Mereka berasal dari unit kerja pusat dan UPT BPOM, Korwas PPNS Bareskrim POLRI, serta Direktorat Tindak Pidana Terhadap Orang dan Harta Benda Kejaksaan Agung RI.

Kepala BPOM Taruna Ikrar menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menangani peredaran obat palsu yang kini tak lagi mengenal batas wilayah maupun platform distribusi.

“Saya berharap workshop ini dapat menjadi wadah bagi semua pihak yang terlibat untuk merumuskan sistem yang mampu memperkuat upaya kita dalam melindungi masyarakat dari produk palsu, produk di bawah standar mutu, bahkan produk yang berpotensi membahayakan publik,” kata Taruna dalam sambutannya.

Industri dan Marketplace Turut Terlibat

Workshop ini menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, termasuk regulator, pelaku industri farmasi global, lembaga internasional seperti Interpol, serta perwakilan platform digital seperti Shopee Singapore dan Halodoc Indonesia.

Sejumlah perusahaan farmasi internasional seperti AstraZeneca, Eli Lilly, Novo Nordisk, Johnson & Johnson, Takeda Pharmaceuticals, Novartis, dan BeOne Pharma juga membagikan pengalaman mereka dalam menghadapi tantangan global peredaran obat palsu.

“Kehadiran para pemangku kepentingan lintas sektor ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri. Perlu kolaborasi erat antara regulator, penegak hukum, industri, hingga penyedia layanan distribusi,” ujar Taruna.

Bukan Pertemuan Biasa

Regional Director Asia Pacific Region PSI, Ramesh Raj Kishore, menyampaikan bahwa workshop ini bukan sekadar forum teknis, melainkan kelanjutan dari kerja sama strategis yang telah dibangun sejak tahun lalu.

“Tujuannya sederhana, yaitu menyelamatkan nyawa. Kalau kejahatan bisa bekerja sama, mengapa kita tidak?” ujarnya di hadapan peserta workshop.

Ia menambahkan, inisiatif seperti ini tidak akan berhenti di dua hari pelaksanaan. Menurutnya, BPOM Indonesia dapat menjadi pelopor kolaborasi regional dalam memerangi peredaran obat palsu.

“Saya percaya bahwa hasil dari workshop ini akan terus berlanjut, bahkan menyebar ke berbagai negara. Saya menantikan hasil konkret dan kerja sama yang lebih luas dari sini,” tambah Kishore.

Ancaman Nyata di Platform Digital

PSI mencatat lebih dari 6.800 insiden kejahatan farmasi di seluruh dunia sepanjang 2023. Angka ini mencerminkan bahwa peredaran obat palsu bukan hanya masalah lokal, tapi ancaman lintas negara yang memerlukan respons cepat dan terkoordinasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan bahwa di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, obat palsu atau yang bermutu di bawah standar masih banyak beredar--termasuk melalui platform digital dan penjualan daring yang sulit diawasi.

“Melalui kegiatan ini, kami menegaskan komitmen BPOM untuk memperkuat kolaborasi internasional, memperluas jaringan kerja sama, dan mengambil langkah preventif yang lebih efektif,” ucap Taruna.

Tindak Lanjut Kolaborasi BPOM-PSI

Workshop ini merupakan bagian dari rangkaian kerja sama antara BPOM dan PSI yang telah dimulai sejak April 2025. Pada Mei, Kepala BPOM bertemu langsung dengan Presiden & CEO PSI Todd Ratcliffe di AS untuk membahas strategi global pemberantasan obat palsu, termasuk pertukaran data intelijen, penguatan kapasitas SDM, serta pengembangan sistem deteksi dini.

Sebelumnya, pada Juni 2025, BPOM dan PSI juga menggelar workshop daring bertajuk “Combating Counterfeit and Diverted Pharmaceutical Products in Indonesia -- Industry Case Studies”.

Membangun Fondasi Bersama

Dengan forum seperti ini, BPOM berharap terbangun mekanisme pertukaran informasi yang lebih intensif, peningkatan kapasitas teknis, serta penguatan jejaring kerja sama nasional dan internasional.

“Kami optimistis sinergi yang terbangun akan menjadi fondasi kuat dalam melindungi masyarakat dari ancaman produk farmasi palsu dan ilegal,” pungkas Taruna. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bpka - maulid