Menlu Israel Ajak AS dan Sekutu Serang Iran, Prancis Menolak
Font: Ukuran: - +
Israel berharap dukungan AS dan sekutunya jika Iran menyerang Tel Aviv, tetapi Ayatollah Khamenei tetap tidak gentar. Foto: Khamenei.ir
DIALEKSIS.COM | Tel Aviv - Israel Katz, Menteri Luar Negeri Israel, mengajak Amerika Serikat dan sekutunya untuk bergabung menyerang Iran jika Tehran melancarkan serangan ke Tel Aviv. Ajakan ini disampaikan Katz kepada koleganya dari Prancis, Stephane Sejourne, dan Inggris, David Lammy.
"Jika Iran menyerang, kami berharap koalisi akan bergabung dengan Israel tidak hanya dalam pertahanan tetapi juga dalam menyerang target-target penting di Iran," ujar Katz, seperti dikutip dari pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel, Minggu (14/4).
Ajakan Israel ini muncul menyusul ancaman pembalasan dari Iran atas tewasnya pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Tehran pada 31 Juli lalu. Israel sendiri tidak mengakui maupun membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut.
Namun, ajakan Israel tidak mendapat sambutan positif dari Prancis. Sejourne menyatakan bahwa "tidak pantas" membahas respons terhadap serangan yang belum terjadi, sementara upaya diplomasi masih berlangsung untuk mencegahnya.
"Kami berupaya untuk mencegah pembalasan Iran," tegas Sejourne kepada wartawan di Yerusalem.
Sementara itu, Amerika Serikat melalui Menteri Pertahanan Lloyd Austin menegaskan kesiapan Washington untuk membela Israel. Dalam percakapan telepon dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Austin menyatakan AS terus memantau rencana serangan Iran dan sekutunya.
"Amerika Serikat berada dalam posisi yang baik di seluruh wilayah untuk membela Israel dan melindungi personel serta fasilitas AS," kata Austin.
Meski demikian, ajakan Israel untuk menyerang Iran bersama-sama menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. Jika serangan gabungan terhadap Iran benar-benar terjadi, dampaknya bisa sangat luas, mulai dari krisis kemanusiaan, kerusakan infrastruktur, hingga gejolak ekonomi global.
Skenario terburuk, konflik bisa meluas ke negara-negara tetangga dan melibatkan sekutu-sekutu Iran seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, serta Hamas dan Jihad Islam di Palestina. Hal ini berpotensi meningkatkan ketidakstabilan regional dan memengaruhi ekonomi global, terutama harga energi.
Untuk saat ini, posisi Amerika Serikat masih bersifat defensif demi melindungi Israel. Namun, tidak tertutup kemungkinan posisi tersebut berubah menjadi ofensif jika seruan provokatif Israel berhasil memengaruhi kebijakan Washington.