Masa Bodoh Dengan Amerika Serikat, Arab Saudi Tetap Pangkas Produksi Minyak
Font: Ukuran: - +
Fasilitas pengolahan minyak Aramco di Dammam, Arab Saudi. [Foto: HASSAN AMMAR/AFP]
“Pemotongan ini tampaknya menjadi langkah proaktif untuk menghindari jatuhnya harga yang membutuhkan pemotongan mendadak karena Federal Reserve AS terus menaikkan suku,” kata Ellen Wald dari lembaga think tank Atlantic Council.
Karena ketergantungannya yang besar pada pendapatan minyak, Arab Saudi memiliki sejarah menjadi korban siklus boom dan bust di Pasar Minyak.
Para ahli mengatakan kerjaan berusaha melindungi diri dari kemungkinan seperti itu. “Arab Saudi sedang mencari untuk mencegah terulangnya tahun 2008 ketika jatuhnya pasar membuat ekonomi global ke dalam resesi dan harga minyak tiba-tiba anjlok, sehingga membutuhkan tindakan darurat oleh OPEC,” katanya.
Analis juga mengatakan Arab Saudi tidak bisa membiarkan harga minyak turun dibawah level tertentu karena alasan anggaran.
Diketahui bulan lalu, harga minyak turun menjadi US$85 per barel dari level tertinggi US$139 tujuh bulan lalu. Kondisi itu disebut menjadi peringatan bagi Arab Saudi dan eksportir minyak lainnya yang bergantung pada minyak untuk sebagian besar pendapatan mereka.
Ia menambahkan bahwa kerajaan “Ingin melihat harga. Bergerak lebih dekat ke US$90 yang tertinggi. Omar Al-Ubaydli, Direktur Penelitian di think tank Derasat mengatakan harga tertinggi (diperlukan untuk menyeimbangkan anggaran) adalah karena pengeluaran besar untuk layanan pemerintah, investasi infrastruktur, sektor publik, dan lainnya.
Namun, partai Demokrat membingkai langkah Arab Saudi sebagai tindakan bermusuhan terhadap AS yang menguntungkan Rusia dengan mengisi pundi-pundinya dengan Petro Dolar saat mengobarkan perang di Ukraina.
Selanjutnya » "Apa yang dilakukan Arab Saudi untuk mem...