Beranda / Berita / Dunia / Kaledonia Baru: Referendum Di Ujung Perjuangan Separatis yang Panjang

Kaledonia Baru: Referendum Di Ujung Perjuangan Separatis yang Panjang

Minggu, 04 November 2018 15:38 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Sydney - Kaledonia Baru, sebuah kepulauan Perancis di Pasifik Selatan, memberikan suara pada hari Minggu, apakah akan menjadi negara terbaru di dunia dalam referendum mengenai kemerdekaan yang merupakan hasil dari proses dekolonisasi selama 30 tahun. 

Ini adalah suara penentuan pertama yang diadakan di wilayah Prancis, sejak Djibouti di Tanduk Afrika memilih kemerdekaan pada 1977. Ketegangan telah berlangsung lama antara pribumi Kanak pro-kemerdekaan dan keturunan pemukim kolonial yang tetap setia kepada Paris.

Pemungutan suara ya tidak hanya akan melemahkan kebanggaan Prancis, kekuasaan kolonial yang jangkauannya membentang Karibia, sub-Sahara Afrika dan Samudra Pasifik, tapi itu juga akan menghilangkan pijakan Paris di kawasan Indo-Pasifik di mana, kini Tiongkok terus memperluas kehadirannya.

Pemilih akan ditanya: "Apakah Anda ingin Kaledonia Baru mendapatkan kedaulatan penuh dan menjadi independen?"

Selama kunjungan ke Pasifik pada bulan Mei, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui "penderitaan kolonisasi" dan memberi hormat kepada kampanye "bermartabat" untuk otonomi yang dipimpin oleh Kanaks. Dia dan pemerintahannya berusaha untuk bernada netral pada pemungutan suara.

Jajak pendapat terakhir menunjukkan bahwa pulau-pulau itu diperkirakan akan memilih untuk tetap menjadi wilayah Prancis.

Perekonomian Kaledonia Baru didukung oleh subsidi tahunan Prancis sekitar 1,3 miliar euro (1,48 miliar dolar AS), deposit nikel yang diperkirakan mewakili 25 persen dari total dunia dan pariwisata.

Kepulauan dan penduduknya yang berjumlah 280.000 sudah menikmati tingkat otonomi yang besar tetapi sangat bergantung pada Perancis untuk hal-hal seperti pertahanan dan pendidikan.

Pertama kali ditemukan oleh penjelajah Inggris, James Cook, kepulauan Kaledonia Baru terletak lebih dari 16.700 kilometer (10.377 mil) dari Perancis metropolitan. Ini menjadi koloni Perancis pada 1853.

Pemberontakan pertama meletus pada 1878, tidak lama setelah penemuan deposit nikel besar yang saat ini dieksploitasi oleh anak perusahaan penambang Prancis Eramet, SLN.

Lebih dari 100 tahun kemudian, pada pertengahan 1980-an, pertempuran pecah antara pendukung kemerdekaan dan mereka yang ingin tetap Prancis, di tengah-tengah situasi kemiskinan dan kesempatan kerja yang buruk.

Pembantaian 1988 di sebuah gua di pulau Ouvea menyebabkan 19 separatis pribumi dan dua tentara Prancis tewas dan, ini mengintensifkan pembicaraan tentang masa depan pulau itu. Kesepakatan 1998, bahwa referendum untuk kemerdekaan akan diadakan pada akhir 2018.

Menurut ketentuan kesepakatan, dalam hal tidak ada suara, referendum kedua dapat diadakan sebelum 2022. Reuters


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda