Beranda / Berita / Dunia / 'Jurnalisme Bukan Kejahatan': Taliban Mengutuk Ancaman Terhadap Media

'Jurnalisme Bukan Kejahatan': Taliban Mengutuk Ancaman Terhadap Media

Rabu, 26 Juni 2019 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

John Bass, duta besar AS untuk Afghanistan, mengatakan Taliban harus berhenti mengancam wartawan Afghanistan.

DIALEKSIS.COM | Afganistan - Amerika Serikat dan Afghanistan mengecam peringatan Taliban bahwa media Afghanistan akan menjadi sasaran kecuali mereka berhenti menyiarkan apa yang disebut kelompok itu "pernyataan anti-Taliban".

Stasiun radio, saluran TV dan organisasi media lainnya punya waktu satu minggu untuk menghentikan pengiriman "iklan anti-Taliban", komisi militer kelompok itu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.

"Mereka yang terus melakukan hal itu akan diakui oleh kelompok itu sebagai sasaran militer yang membantu pemerintah Afghanistan yang didukung Barat," katanya, seraya menambahkan "wartawan dan anggota staf tidak akan tetap aman".

Kantor Presiden Ashraf Ghani mengutuk ancaman oleh kelompok bersenjata pada hari Selasa, yang sebelumnya menargetkan wartawan dan karyawan organisasi media.

"Kebebasan berekspresi dan menyerang organisasi media bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan Islam," kata kantor Ghani dalam sebuah pernyataan.

Peringatan itu muncul ketika para pemimpin Taliban bersiap untuk perundingan damai putaran ketujuh dengan para pejabat AS yang bertujuan menemukan penyelesaian politik untuk mengakhiri perang 18 tahun di Afghanistan.

Putaran pembicaraan berikutnya dijadwalkan akan dimulai pada 29 Juni di Doha.

John Bass, duta besar AS untuk Afghanistan, mengatakan Taliban harus berhenti mengancam wartawan Afghanistan.

"Media Afghanistan yang aktif adalah bukti dari pencapaian 18 tahun terakhir. Jurnalisme bukan kejahatan, itu adalah layanan publik yang berharga bagi dunia," kata Bass di Twitter.

"Lebih banyak kekerasan, terhadap jurnalis atau warga sipil, tidak akan membawa keamanan dan peluang ke Afghanistan, juga tidak akan membantu Taliban mencapai tujuan politik mereka," katanya.

Afghanistan adalah negara paling mematikan di dunia yang menjadi jurnalis pada 2018, dengan 13 kematian menurut Komite untuk Melindungi Jurnalis (CPJ). Federasi Jurnalis Internasional mengatakan 16 wartawan tewas tahun lalu.

Dengan kehadiran media internasional di Afghanistan berkurang tajam sejak penarikan pasukan internasional pada tahun 2014, outlet media domestik telah mengisi kesenjangan tetapi pekerjaan mereka menjadi semakin sulit.

Pada 2016, seorang pembom bunuh diri Taliban menabrak mobilnya ke dalam bus yang membawa karyawan Tolo TV, penyiar swasta terbesar di negara itu, menewaskan tujuh wartawan.

Taliban mengatakan mereka membunuh para karyawan karena Tolo memproduksi propaganda yang mendukung pendudukan Afghanistan oleh AS dan sekutunya. (ot/dbs)


Keyword:


Editor :
Pondek

riset-JSI
Komentar Anda