kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Jumlah Pekerja Anak di Dunia Naik Jadi 160 Juta

Jumlah Pekerja Anak di Dunia Naik Jadi 160 Juta

Jum`at, 11 Juni 2021 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pandemi tidak hanya merusak ekonomi, tetapi juga kehidupan anak-anak di seluruh dunia. PBB menyatakan jumlah pekerja anak telah meningkat menjadi 160 juta, menjadi kenaikan pertama dalam dua dekade, yang terhitung sejak tahun 2000.

Sebuah laporan oleh Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) menemukan 8,4 juta anak didorong menjadi pekerja anak selama empat tahun terakhir. Sementara 9 juta anak berisiko mengalami hal yang sama pada akhir 2022 akibat efek pandemi.

Skenario terburuknya bahkan lebih serius. Model simulasi ILO menunjukkan jumlah anak yang berisiko dapat meningkat menjadi 46 juta jika mereka tidak memiliki akses ke cakupan perlindungan sosial.

"Perkiraan baru adalah panggilan untuk membangunkan. Kami tidak bisa berdiam diri sementara generasi baru anak-anak terancam," kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder dalam siaran persnya pada Kamis (10/6/2021), dikutip dari Al Jazeera.

"Kami berada pada momen penting dan banyak tergantung pada bagaimana kami merespons. Ini adalah waktu untuk memperbarui komitmen dan energi untuk berbelok dan memutus siklus kemiskinan dan pekerja anak."

Pemerintah dan organisasi internasional telah membuat langkah signifikan dalam menghapus pekerja anak. Data ILO memaparkan antara 2000-2016 turun 94 juta anak, tetapi empat tahun terakhir angka naik secara signifikan.

Anak-anak berusia lima hingga 11 tahun yang melakukan pekerja anak sekarang mencapai lebih dari setengah jumlah total global. Jumlah anak berusia lima hingga 17 tahun yang melakukan pekerjaan yang berbahaya atau membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral mereka meningkat 6,5 juta menjadi 79 juta sejak 2016. Sektor pertanian menyumbang 70% atau 112 juta pekerja anak.

Beberapa daerah bernasib lebih buruk daripada yang lain. Pertumbuhan penduduk Afrika Sub-Sahara, kemiskinan ekstrem, dan kurangnya skema perlindungan sosial telah mendorong tambahan 16,6 juta anak menjadi pekerja anak hanya dalam empat tahun.

ILO dan UNICEF memperingatkan jika pandemi virus corona juga mengancam kemajuan yang dibuat di Asia Pasifik serta Amerika Latin dan Karibia.

Krisis ekonomi dan penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 telah membuat jutaan anak lebih rentan untuk bekerja lebih lama, dalam kondisi yang memburuk, dan dalam pekerjaan yang berbahaya.

"Kami kehilangan pijakan dalam perang melawan pekerja anak, dan tahun lalu tidak membuat perjuangan itu lebih mudah," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah pernyataan.

"Sekarang, memasuki tahun kedua penguncian global, penutupan sekolah, gangguan ekonomi, dan anggaran nasional yang menyusut, keluarga terpaksa membuat pilihan yang memilukan."

UNICEF dan ILO mendesak pemerintah dan lembaga keuangan internasional untuk berinvestasi dalam program yang mengembalikan anak-anak ke sekolah. Hampir 28% anak berusia lima hingga 11 tahun dan 35% anak berusia 12 hingga 14 tahun yang terlibat dalam pekerja anak tidak bersekolah. Para organisasi di bawah PBB juga menyerukan perlindungan sosial yang memadai, termasuk tunjangan anak universal.[CNBC Indonesia]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda