Israel Desak Mesir Mencegah Pemulangan Jenazah al_Batash ke Gaza
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM, Jarussalem – Menteri peperangan rezim Zionis Israel mendesak pemerintah Mesir untuk mencegah Palestina membawa pulang jenazah Fadi Mohammed al-Batash (35tahun) seorang analis terkemuka dari Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah.
Avigdor Lieberma juga membantah terlibat dalam pembunuhan seorang dosen Palestina di Malaysia.
Fadi Mohammed al-Batash (35) adalah analis Palestina yang menerima penghargaan sebagai peneliti terbaik Dunia Arab. Ia gugur syahid pada Sabtu pagi setelah diserang orang-orang bersenjata tidak dikenal ketika ia keluar dari sebuah masjid di Kuala Lumpur, ibukota Malaysia, usai Shalat Subuh.
Menurut berita IRNA, kematian ilmuan Palestina itu menunjukkan keterlibatan Dinas Intelijen rezim Zionis (Mossad). Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) menuding rezim Zionis terlibat dalam teror Fadi al-Batash. Hamas memperingatkan bahwa pihaknya akan menuntut balas atas darah anggotanya itu.
Sejarah rezim Zionis dipenuhi dengan tindakan teror di berbagai belahan dunia. Tujuan teror terhadap para cendekiawan Muslim termasuk Fadi al-Batash adalah untuk menghapus ide-ide inovatif mereka. Zionis berusaha mencegah meluasnya gerakan ilmiah dan pemikiran Muqawama (perlawanan)
Pada hari Sabtu (21/04/2018), Fadi Mohammed al-Batsh, 35, ditembak mati oleh dua pria bersenjata dalam sebuah iring-iringan berkekuatan tinggi di dekat rumahnya di ibukota Kuala Lumpur.
Keluarganya mengatakan bahwa agen mata-mata Israel Mossad berada di balik pembunuhan itu.
Sementara, media Israel Hayom mengatakan pembunuhan al-Batsh secara teknis mirip pembunuhan sebelumnya Fathi Shaqaqi, co-founder dan Sekjen Jihad Islam yang tewas di Malta pada tahun 1995.
Surat kabar itu mengutip bahwa pembunuhan seorang insinyur penerbangan Tunisia Mohamed al-Zawari pada 2016, yang dilaporkan berada di belakang program drone Hamas.
Pada hari Sabtu, Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, menegaskan bahwa al-Batsh adalah anggota kelompok tersebut.
Israel disebut-sebut telah membunuh banyak aktivis perlawanan Palestina di masa lalu, yang banyak dari mereka sedang berada di luar negeri.
Pada tahun 1997, para agen Mossad tercatat pernah mencoba - dan gagal - untuk membunuh kepala politik Hamas Khaled Meshaal di Yordania dengan menyemprotkan racun ke telinganya.
Mossad juga diyakini berada di balik pembunuhan tahun 2010 atas komandan Hamas Mahmud al-Mabhuh di sebuah hotel Dubai. Walau demikian, Israel tidak pernah mengkonfirmasi atau membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Mabhuh. (online)