Erdogan: Para Pemimpin Dunia Penting Bersikap Tegas Terhadap Israel
Font: Ukuran: - +
Foto: Turkish Presidency via AP
DIALEKSIS.COM | Dunia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan berbagai upaya diplomatik dalam merespons aksi-aksi serangan Israel terhadap Palestina. Pergolakan antara Israel dan Palestina semakin meningkat sejak beberapa hari belakangan hingga hari ini, Jumat (14/5), waktu setempat.
Erdogan mengaku sudah mengadakan pembicaraan via telepon dengan para pemimpin dari puluhan 20 negara. Negara-negara itu termasuk Palestina, Rusia, Pakistan, Indonesia, Kuwait, dan Aljazair.
Presiden Turki itu mendesak para pemimpin untuk mengambil sikap tegas dan bersatu melawan serangan Israel. Hingga kini, entitas Zionis itu terus menyerang warga Palestina, baik di Gaza maupun Tepi Barat, termasuk Yerusalem dan kompleks Masjid al-Aqsa. Erdogan pertama kali menghubungi Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan kepala politik Hamas Ismael Haniyeh.
Pelbagai komunikasi via telepon itu dimulai Erdogan sejak 8 Mei 2021. Ia telah membahas masalah tersebut dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Raja Yordania Abdullah II.
Erdogan juga berbicara dengan Emir Kuwait Sheikh Nawaf Al-Ahmed Al-Jaber Al-Sabah, Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoev, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Dia melanjutkan lalu lintas diplomasinya dengan Presiden Republik Turki Siprus Utara Ersin Tatar, Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Perdana Menteri Libya Abdul Hamid Dbeibeh, Sultan Haitham Bin dari Oman Tariq dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad.
Erdogan mengatakan, serangan Israel sebagai bentuk terorisme dan mengutuk kekejaman Israel terhadap Muslim Palestina. Dia juga menegaskan kembali dukungan Turki untuk perjuangan Palestina dan kesucian YErusalem.
"Perlunya Dewan Keamanan PBB untuk campur tangan sebelum krisis meningkat lebih lanjut dan upaya untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian internasional di wilayah tersebut," ujar Presiden Erdogan seperti dikutip laman Anadolu Agency, Jumat.
Serangan Israel yang sedang berlangsung telah menewaskan 119 warga Palestina sejauh ini, termasuk 31 anak-anak dan setidaknya 19 wanita. Lebih dari 620 lainnya terluka, selain kerusakan berat pada bangunan tempat tinggal di seluruh daerah kantong. Selain itu, Israel menahan ratusan warga Palestina dalam beberapa hari terakhir.
Konflik antara Israel dan Palestina memanas sejak 10 Mei lalu, yang dipicu oleh kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur. Saat itu, pasukan keamanan Israel menyerbu jamaah yang sedang melaksanakan ibadah sholat tarawih menjelang akhir Ramadhan.
Sebelumnya, Pengadilan Israel memutuskan untuk mengusir sejumlah keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah dan menyerahkan rumah mereka kepada pemukim Yahudi. Putusan datang dengan klaim bahwa hak untuk melakukan ini didapatkan berdasarkan sejarah pada 1948.
Ketegangan berpindah dari Yerusalem Timur ke Gaza setelah kelompok perlawanan Palestina di sana bersumpah untuk membalas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah jika mereka tidak dihentikan. Seperti diketahui, Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok seluruh kota pada 1980 dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional [republika.co.id].