kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / China Khawatir 'Bubble' Industri Keuangan Dunia Meledak

China Khawatir 'Bubble' Industri Keuangan Dunia Meledak

Kamis, 04 Maret 2021 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Foto: Roman Pilipey/EPA - Guardian


DIALEKSIS.COM | Jakarta - China mengaku khawatir gelembung atau bubble industri keuangan dunia akan pecah. Namun, otoritas keuangan China tidak menjelaskan lebih rinci mengenai waktunya.

Guo Shuqing, Ketua Partai Komunis yang juga menjabat di bank sentral China (PBoC) mengungkapkan kepercayaan di pasar China dapat dipengaruhi oleh volatilitas pasar dunia.

"Kami sangat khawatir gelembung dari aset keuangan asing akan pecah suatu saat nanti," kata Guo pada Selasa (2/3/2021), dikutip CNN Business.

Menurut dia, pasar menunjukkan indikasi penggelembungan seperti yang terjadi 21 tahun lalu saat gelembung di sektor TI yang dikenal dengan gelembung 'dot com' terbentuk.

Guo tak sendiri, investor, manager pengelola investasi global (hedge fund), dan eks pejabat bank sentral pun menyampaikan kekhawatiran yang sama seiring dengan meroketnya perdagangan di bursa saham New York, Wall Street, yang seakan kebal dengan pandemi covid-19.

Guo menyebut reli yang terjadi di pasar AS dan Eropa tidak mencerminkan tantangan ekonomi keduanya yang tengah berjuang pulih dari resesi ekonomi.

"Pecahnya gelembung (industri keuangan) dapat memicu arus masuk modal asing yang substansial ke China," tulis seorang Analis di Mizuho Bank dalam catatan penelitian.

Ia juga menambahkan aliran dana raksasa sekaligus ke China dapat mengguncang ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Pasalnya, arus modal masuk berpotensi menggelembungkan mata uang, aset, dan inflasi dengan cepat.

Guo menambahkan sektor properti China juga terancam risiko volatilitas, masalah yang menurut analis menyiratkan kalau China mungkin siap untuk memperketat anggarannya.

Hal senada sebelumnya telah disampaikan oleh Presiden China Xi Jinping pada konferensi ekonomi akhir tahun lalu. Dia menyatakan bahwa China perlu menstabilkan pasar properti pada 2021.

Sejalan dengan itu, pada Desember lalu, regulator Beijing mengeluarkan aturan yang dimaksudkan untuk membatasi pinjaman ke sektor properti.

Sementara itu, pemerintah daerah di China telah meningkatkan langkah-langkah sejak awal tahun ini untuk 'mendinginkan' pasar, termasuk membatasi pembelian dan mengekang pengembang.

Pernyataan Guo langsung mengguncang pasar China, Shanghai Composite (SHCOMP) dan Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong misalnya, rontok setelah Guo menyampaikan kekhawatirannya. SHCOMP turun 1,2 persen sedangkan Hang Seng turun 1,3 persen pada Selasa (2/3/2021) lalu.

Indeks lain di kawasan Asia dan sekitarnya juga menurun seperti S&P/ASX 200 di Australia yang merosot 0,4 persen, sedangkan Nikkei 225 Jepang (N225) turun 0,9 persen.

"Ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan akomodasi yang diambil. Ini juga menyoroti bahwa bank sentral akan berjalan dengan kecepatan berbeda dalam menarik diri dari krisis tahun lalu," tulis Stephen Innes, Kepala Strategi Pasar Global di Axi. (CNN Indonesia)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda