China Bikin 5.000 Ruang Isolasi
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kota Guangzhou di China bagian selatan diketahui akan membangun fasilitas karantina Covid-19 raksasa dengan kapasitas mencapai 5.000 ruang untuk wisatawan internasional alias pelancong luar negeri.
Guangzhou ialah kota terbesar di Tiongkok selatan dan merupakan ibu kota Provinsi Guangdong.
Fasilitas karantina tersebut juga akan difungsikan untuk penduduk lokal dari daerah berisiko tinggi karena hotel lokal tidak dapat mengatasi Covid-19 khususnya dari varian delta.
Pakar pernapasan terkemuka Zhong Nanshan, mengatakan akan ada 5.000 ruang terisolasi dan orang-orang di sana akan diisolasi sesuai dengan aturan ketat untuk memastikan mereka tidak saling menginfeksi.
Demikian yang disampaikan Zhong melansir South China Morning Post di Jakarta, Sabtu (26/6/2021).
Zhong mengatakan bahwa setelah mengamati penularan varian delta di Provinsi Guangdong selama sebulan terakhir, dia yakin bahwa menggunakan hotel sebagai fasilitas karantina tidak akan cukup untuk menghentikan penyebaran penyakit. Hal ini karena varian delta jauh lebih menular daripada pra-penularan lainnya, varian yang ada.
Terkait virus varian delta ini, bahkan telah ditemukan varian delta plus.
Melansir CNBC International, Sabtu (26/6/2021) muncul mutasi dari varian tersebut, yang disebut "delta plus", yang mulai mengkhawatirkan para pakar global.
India telah menjuluki delta plus "varian perhatian," dan ada kekhawatiran bahwa itu berpotensi lebih menular.
Di Inggris, Public Health England mencatat, dalam ringkasan terakhirnya, bahwa pemindaian rutin kasus Covid di negara tersebut (di mana varian delta sekarang bertanggung jawab atas sebagian besar infeksi baru) telah menemukan hampir 40 kasus dari varian yang lebih baru, yang telah memperoleh mutasi protein spike K417N, yaitu delta plus.
Disebutkan bahwa, pada 16 Juni, kasus varian delta plus juga telah diidentifikasi di AS (83 kasus pada saat laporan itu diterbitkan Jumat lalu) serta Kanada, India, Jepang, Nepal, Polandia, Portugal, Rusia, Swiss, dan Turki.[CNBC Indonesia]