Beranda / Berita / Dunia / Blakblakan Para Dokter di Wuhan Diperintah Berbohong Soal COVID-19

Blakblakan Para Dokter di Wuhan Diperintah Berbohong Soal COVID-19

Rabu, 20 Januari 2021 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi dokter penanganan Covid-19. [Dok. DetikNews]

DIALEKSIS.COM - Para dokter di Wuhan telah direkam secara diam-diam mengakui bahwa mereka tahu seberapa serius virus corona baru pada awal wabah, tetapi mereka diperintahkan pihak berwenang China untuk berbohong.

Virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sampai saat ini masih mewabah di seluruh dunia, dengan Amerika Serikat yang terparah.

Kesaksian yang memberatkan, yang menambah bukti yang berkembang bahwa Partai Komunis China dengan sengaja menyesatkan komunitas global pada tahap awal pandemi, tersebut dimuat dalam sebuah dokumenter baru oleh broadcaster Inggris, ITV, berjudul; "Outbreak: The Virus That Shook The World (Wabah: Virus yang Mengguncang Dunia)".

China memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang 27 kasus pertama COVID-19 pada 31 Desember 2019, tetapi tidak melaporkan kematian apa pun hingga pertengahan Januari—dan bahkan kemudian bersikeras tidak ada bukti dari penularan manusia ke manusia.

Tetapi para profesional medis senior di Wuhan, yang difilmkan oleh seorang jurnalis warga, mengatakan mereka tahu tentang kematian sejak Desember dan jelas bahwa virus itu menyebar di antara orang-orang.

“Kami semua merasa seharusnya tidak ada keraguan tentang penularan dari manusia ke manusia,” kata seorang dokter dalam rekaman tersebut, yang disiarkan ITV pada Selasa (19/1/2021) malam waktu Inggris.

“Sebenarnya akhir Desember atau awal Januari, kerabat seseorang yang saya kenal meninggal karena virus ini. Banyak dari mereka yang tinggal bersamanya juga terinfeksi termasuk orang yang saya kenal," lanjut dokter tersebut, yang identitasnya dilindungi dan wajahnya disamarkan.

Dokter lain berkata; "Kami tahu virus itu menular dari manusia ke manusia, tetapi ketika kami menghadiri pertemuan di rumah sakit, kami diberitahu untuk tidak angkat bicara. Pemimpin pemerintah provinsi mengatakan kepada rumah sakit untuk tidak mengatakan yang sebenarnya."

Para dokter mengklaim bahwa pihak berwenang tahu perayaan Tahun Baru Imlek Januari akan mempercepat penyebaran virus tetapi membiarkan mereka tetap melanjutkannya untuk "menghadirkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera".

“Mereka seharusnya tidak mengizinkan pertemuan apa pun,” kata salah satu dokter. “Pemerintah provinsi dan lokal tahu ancaman itu tetapi mereka terus mengizinkan orang banyak.”

WHO men-tweet pada 14 Januari tentang virus tersebut; "Investigasi awal yang dilakukan oleh otoritas China tidak menemukan bukti jelas penularan dari manusia ke manusia."

Pada saat WHO mengeluarkan laporan situasi pertamanya pada 21 Januari, setidaknya 278 orang di China terinfeksi dan virus tersebut telah menyebar ke tiga negara lain.

Pakar Taiwan yang diwawancarai oleh program televisi itu mendukung kesaksian para dokter Wuhan.

Dr Yin-Ching Chuang dari Infectious Diseases Prevention and Treatment Network (Jaringan Pencegahan dan Perawatan Penyakit Menular) negara itu mengatakan timnya berjuang untuk mendapatkan jawaban yang jelas tentang apakah penularan dari manusia ke manusia telah terjadi.

Setelah mereka diberi izin untuk melakukan perjalanan ke China, kebenaran akhirnya terungkap dalam sebuah pertemuan.

"Kami mengajukan banyak pertanyaan, dengan sangat enggan mereka akhirnya keluar dan mengatakan penularan terbatas dari manusia ke manusia tidak dapat dikesampingkan," katanya.

“Berapa skala infeksinya? Seberapa besar epidemi ini? Berapa banyak pasien yang terpengaruh? Kami tidak tahu. Hanya mereka yang tahu ini. Mengapa China tidak memberi tahu negara lain tentang masalah manusia-ke-manusia ini lebih awal?."

Bereaksi terhadap bocoran informasi baru pada hari Rabu (20/1/2021), Senator Australia Matt Canavan menuduh Beijing memiliki "sesuatu untuk disembunyikan" dan mengatakan itu membuktikan seruan Pemerintah Perdana Menteri Scott Morrison untuk transparansi.

"Itulah mengapa pemerintah federal selalu konsisten dalam menyerukan penyelidikan yang tepat dan transparan (tentang asal-usul COVID-19),” katanya kepada Today.

“Pertanyaannya harus ditanyakan, jika China tidak menyembunyikan apa pun di sini, mengapa mereka melakukan sejauh ini untuk menyembunyikan sesuatu?”

Itu terjadi ketika tim ahli WHO bersiap untuk memulai penyelidikannya terhadap asal-usul virus corona SARS-CoV-2.

Pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat, percaya bahwa badan tersebut sebagian besar telah menyerahkan kendali penyelidikan ke China, yang mengarah ke kekhawatiran menutupi.

Secara terpisah, panel ahli yang didukung WHO, dibentuk Juli lalu setelah negara-negara termasuk Australia menuntut penyelidikan independen, pada hari Senin mengkritik China dan WHO.

Laporan panel itu mengatakan; "Jelas (bahwa) langkah-langkah kesehatan masyarakat dapat diterapkan lebih tegas oleh otoritas kesehatan lokal dan nasional di China Januari lalu dan bahwa ada potensi tanda-tanda awal untuk ditindaklanjuti lebih cepat".

Pemerintahan Donald Trump telah menghabiskan hari-hari terakhirnya untuk meningkatkan serangan terhadap China atas pandemi COVID-19, dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengklaim pada akhir pekan lalu bahwa badan-badan intelijen AS memiliki bukti bahwa virus itu lolos dari laboratorium di Wuhan.

China telah dengan keras menolak tuduhan tersebut, di mana surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah mengecam Pompeo sebagai "orang gila".

Teori yang diyakini selama ini adalah bahwa virus berasal dari kelelawar dan melompat ke manusia di “pasar basah” kontroversial yang menjual dan menyembelih hewan eksotik dalam kondisi yang menjijikkan.

China, sementara itu, telah mulai mendorong teori bahwa virus itu berasal dari luar negeri dan mungkin telah tiba di Wuhan melalui produk makanan beku impor dari Eropa, Amerika Selatan, atau bahkan Australia. (SINDOnews)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda