Bendung AS di Asia Tenggara, China Latihan Militer Bareng Kamboja
Font: Ukuran: - +
(Foto: Sergey Mihailicenko - Anadolu Agency)
DIALEKSIS.COM | Dunia - China mengadakan latihan militer bersama Kamboja di perairan Kamboja untuk pertama kalinya selama dua minggu. Latihan bersama yang disebut 'Golden Dragon 2023' itu rampung pada pekan ini.
South China Morning Post melaporkan, latihan itu berlangsung antara 23 Maret hingga 5 April. Ada beragam latihan militer yang dilaksanakan tentara dari kedua negara seperti latihan blokade, kontrol, penyelamatan sandera, disinfeksi epidemi, dan sapu bersih ranjau.
Latihan ini merupakan yang kelima sepanjang sejarah bagi kedua negara. Namun, ini adalah latihan pertama kali yang mengikutsertakan manuver angkatan laut di daerah Sihanoukville, sebelah selatan Kamboja dan berada di Teluk Thailand.
Bagi China, Kamboja merupakan sekutu tradisional mereka di Asia Tenggara. Di samping latihan teknis, terdapat materi yang berfungsi memperkuat pengertian dan persahabatan antara prajurit kedua negara semisal bernyanyi, berdansa, dan kaligrafi.
Tak hanya itu, militer China juga mendonasikan materi edukasi dan obat-obatan ke warga Kamboja. Bagi China, latihan ini berfungsi membendung pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara. Sebelumnya, AS telah memperkuat relasi mereka dengan Filipina dan Australia.
Flipina pada Februari telah sepakat untuk memberi akses kepada AS untuk membangun empat pangkalan baru. Dengan demikian, AS kini telah memiliki lima pangkalan untuk melatih tentara dan menyimpan peralatan militer mereka.
Bulan lalu, Australia juga telah mengonfirmasi rencana pembelian kapal selam bertenaga nuklir di bawah pakta tiga jalan dengan Britania Raya dan AS.
Langkah dua negara itu tak diikuti Kamboja. Phnom Penh justru memilih lebih dekat ke China dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2020 misalnya, Kamboja ternyata telah menghancurkan fasilitas yang dibangun AS di basis angkatan laut terbesar mereka, Ream Naval Base.
Sejarawan Militer dari Cornell University, David Silbey mengatakan, latihan bersama China-Kamboja punya signifikansi politis dan militer.
"Di sisi militer, latihan ini membangun rasa keakraban dan kapasitas," kata Silbey.
"Keakraban muncul dari tentara kedua negara yang bersama-sama dan kapasitas datang dari baik latihan dan juga pengetahuan bagi China soal bagaimana memproyeksikan kekuatan mereka jauh di Laut China Selatan.
Silbey mengatakan, dalam hal pengaruh AS, latihan ini merupakan "serangan balik yang jelas dari China." Menurut Silbey, Kamboja sebetulnya merupakan salah satu negara yang memilih dekat dengan AS dalam satu dekade terakhir.
"Ini merupakan usaha untuk membalikkan kedekatan itu," ujarnya.
Tak hanya itu, Silbey meyakini latihan bersama China-Kamboja akan membuat khawatir negara Asia Tenggara lainnya. "Sekarang, Vietnam, Singapura, dan Malaysia telah paham bahwa China bisa menempatkan diri mereka dalam area militer," katanya. [cnnindonesia]