Afghanistan Dikuasai Taliban, Iran Salahkan AS
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Presiden Iran Ebrahim Raisi menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas Afghanistan yang dikuasai oleh kelompok Taliban. Pasukan AS di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden sebelumnya menarik diri dari negara tersebut.
Dilansir dari Reuters, gerilyawan Taliban menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul sejak Minggu (15/8/2021). Ini menyusul kekalahan tentara Afghanistan yang sudah tidak lagi didukung kekuatan AS.
"Militer Amerika dikalahkan dan penarikannya harus menjadi kesempatan untuk memulihkan kehidupan, keamanan, dan perdamaian yang bertahan lama di Afghanistan," kata Raisi seperti dikutip TV pemerintah Iran pada Senin (16/8/2021).
Selain itu Raisi juga menawarkan kesempatan untuk membantu Afghanistan membangun perdamaian abadi di negara itu.
"Iran mendukung upaya untuk memulihkan stabilitas di Afghanistan dan, sebagai negara tetangga dan saudara, Iran mengundang semua kelompok di Afghanistan untuk mencapai kesepakatan nasional," katanya.
Iran penghasil minyak, tujuan bagi warga Afghanistan yang mencari pekerjaan atau melarikan diri dari perang, mengatakan pada Minggu bahwa pihaknya telah menyiapkan akomodasi di tiga provinsi untuk memberikan perlindungan sementara bagi warga Afghanistan yang melarikan diri dari negara mereka.
Tetapi dengan ekonominya yang tertahan oleh sanksi AS, Iran telah mendorong lebih dari 2 juta lebih pengungsi Afghanistan yang tidak berdokumen dan lebih dari 800.000 yang terdaftar di Republik Islam untuk kembali ke rumah.
Di masa lalu Washington sempat menuduh Iran memberikan bantuan rahasia kepada pejuang Taliban melawan pasukan AS. Namun Teheran, yang mendukung pemerintah Afghanistan yang inklusif dan mencakup semua kelompok etnis serta sekte, telah membantahnya.
Muslim Syiah Iran telah menjadi musuh Taliban Muslim Sunni garis keras selama beberapa dekade, tetapi selama beberapa tahun terakhir telah secara terbuka bertemu dengan para pemimpin Taliban. Pada Juli, Teheran menjadi tuan rumah pertemuan perwakilan pemerintah Afghanistan saat itu dan komite politik tingkat tinggi Taliban.[CNBC Indonesia]