kip lhok
Beranda / Dialog / Tak Harus Hapus Mata Pelajaran Agama, Ini Solusi Perbaiki Karakter Generasi

Tak Harus Hapus Mata Pelajaran Agama, Ini Solusi Perbaiki Karakter Generasi

Selasa, 16 Maret 2021 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Sherly Maidelina

Akademisi Fakultas Tarbiyah IAIN Lhokseumawe, Dr. Syarifah Rahmah. M.Ag. [IST]


DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Maraknya siswa yang melakukan tawuran serta prilaku menyimpang lainnya dianggap menjadi salah satu alasan penting untuk menghapus mata pelajaran (mapel) pendidikan agama di Sekolah dan mengganti dengan mata pelajaran bina karakter.

Seolah perbaikan akhlak di mapel agama kurang menyentuh, sehingga meski memiliki nilai baik di pelajaran tersebut, namun tetap berprilaku buruk di tengah masyarakat.

Bola panas sejak awal mula wacana tersebut muncul pun terus bergulir, bagaimana nasib guru bidang studi agama atau mahasiswa perguruan tinggi yang berbasis agama ke depannya, menjadi tanda tanya besar yang terus menumbuhkan kericuhan.

Menanggapi isu tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pun menegaskan, mata pelajaran pendidikan agama tidak akan dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia.

"Saya kaget juga mendengarnya, bahwa ada rencana menghilangkan pelajaran agama, kreatif sekali ya orang ya. Itu enggak pernah ada rencana itu dan tidak pernah akan kita menghilangkan pengajaran agama di dalam kurikulum kita," kata Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR sebagaimana melansir kompas.com, Rabu (10/3/2021).

Nadiem menambahkan, pihaknya akan memasukkan kembali frasa agama dalam draf Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 yang sebelumnya sempat menjadi polemik karena frasa itu dihilangkan.

Menanggapi hal itu, Dialeksis.com mewawancarai Akademisi Fakultas Tarbiyah IAIN Lhokseumawe, Dr. Syarifah Rahmah. M.Ag, Selasa (16/3/2021), terkait solusi jitu yang bisa diterapkan jika ingin akhlak generasi penerus bangsa terperbaiki demi mengurangi terjadinya prilaku menyimpang siswa di kemudian hari. Berikut petikan wawancaranya.

Apa dasar dan tujuan sehingga muncul ide untuk menghapus pendidikan agama di sekolah?

Wacana penghapusan pelajaran agama sebenarnya sudah cukup lama, butuh penyaringan dan tanggapan dari berbagai kalangan. Mengapa harus dihapus, karena dianggap pendidikan agama belum mampu mengakomodir perbaikan tingkah laku siswa. Seperti tawuran, prilaku menyimpang dan lain-lain.

Dasar penghapusan juga diangggap karena Indonesia bukan negara agama. Indonesia negara berketuhanan yang menjunjung tinggi falsafah pancasila, karena dianggap bangsa Indonesia sejak dari awal telah beragama dan berketuhanan, berprilaku santun dan saling menghormati sesama.

Nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia tersebut telah terpancar dari sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan yg Maha Esa.

Ini telah menjadi bola panas yang terus bergulir, nah apa konsekuensi jika itu terjadi di tengah situasi Aceh dengan penerapan syariat Islam?

Untuk situasi Aceh yang memiliki otonomi khusus menjalankan syariat Islam, menjadi bumerang dan dapat mengganggu fondasi keagamaan yg tertanam dalam tradisi kehidupan masyarakatnya, dan ini juga dapat memicu pertentangan nantinya, ada yang pro dan ada yang kontra.

Jika ini diberlakukan, guru agama dan ustaz/ustazah semakin termajinalkan. Keistimewaan Aceh sebagai daerah syariat Islam juga menjadi runtuh. Pusat-pusat pendidikan dan kajian agama juga akan berubah bentuk.

Apakah ketika dihapus pelajaran agama dan diganti menjadi pendidikan bina karakter dapat menjadi solusi atas perbaikan akhlak generasi penerus bangsa?

Pendidikan karakter dan akhlak adalah satu rumpun yang solid, hal ini tidak dapat menggantikan pendidikan agama. Karena pendidikan karakter itu include dalam pendidikan agama.

Indonesia bukan negara sekuler, tapi negara yang mengakui agama-agama yang ada, sesuai amanat UUD 1945. Sumber ajaran agama adalah Alquran dan hadis, karakter, akhlak, adab semuanya ada dalam Alquran. Sinergitas ini tidak bisa di pisahkan.

Apa solusi jitu yang bisa dilakukan pemerintah selain penghapusan pendidikan agama?

Solusinya adalah guru-guru pendidikan agama lebih diperhatikan dengan memberikan pelatihan dan bimbingan melalui forum workshop keagamaan, seminar, dan pendidikan kompetensi.

Hal ini perlu dilakukan, agar guru-guru agama memiliki skill sesuai bidang ilmunya. Kelemahan guru agama hari ini, masih banyak yang belum mampu mengembangkan kreatifitas pembelajaran, dengan memberi contoh-contoh aktual dikaitkan dengan materi.

Apa harapan saudara dan tindak lanjut yang penting untuk dilakukan dalam menyikapi wacana tersebut?

Harapannya pendidikan agama jangan dihapuskan, jika dihapuskan akan berimbas pada jumlah lulusan sarjana PAI yang tidak tertampung lapangan kerja sehingga otomatis akan memperbanyak pengangguran yang tentu memunculkan masalah baru.

Tindak lanjut yang penting untuk dilakukan yaitu meningkatkan kompetensi guru yaitu kompetensi profesional, sosial, kepribadian, Pedagogi sehingga pendalaman guru dalam bidang ilmu yang digelutinya semakin berkembang pesat.

Pemerintah daerah juga harus membuka peluang berimbang bagi guru agama dan guru umum utk mendapatkan pelatihan dan bimbingan guna mengembangkan kreatifitas dan inovasinya dalam pembelajaran. (Mai)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda