kip lhok
Beranda / Dialog / Ekslusif: Suherman Pustakawan Berprestasi Aceh Berbagi Pengalaman Soal Dunia Perpustakaan

Ekslusif: Suherman Pustakawan Berprestasi Aceh Berbagi Pengalaman Soal Dunia Perpustakaan

Minggu, 05 Desember 2021 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Pustakawan Terbaik Se- Aceh 2021, Suherman (kiri) dan Kepala DPKA, Edi Yandra (kanan) saat penyerahan hadiah. [Foto: IST]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perwakilan UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Suherman SAg SIP MEc terpilih sebagai juara pertama dalam lomba Pustakawan berprestasi se-Aceh tahun 2021.

Keputusan tersebut tertuang dalam surat keputusan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh berdasarkan penilaian dewan juri yang diketuai oleh Nazaruddin Musa MLIS selaku Ketua PD IPI Aceh, Yusrawati SPd SIP MIP dari Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Charlis Siana Rosita SSos dari Perpustakaan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Keputusan Pustakawan berprestasi itu diumumkan pada hari penutupan lomba pustakawan berprestasi se Aceh tahun 2021, Selasa (22/6/2021) bertempat di Aula gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh.

Untuk mendalami pengalaman, kiat-kiat serta pandangan soal minat baca generasi muda di Aceh di mata sang juara Pustakawan berprestasi se-Aceh, Suherman melalui komunikasi via Dialeksis.com, Selasa (30/11/2021) berhasil berbincang-bincang santai namun serius. Berikut isi petikan wawancaranya, simak isinya...

Bagaimana perasaan dinobatkan sebagai pustakawan berpretasi se-Aceh?

Saya sangat terharu dan tidak menyangka atas penobatan sebagai pustakawan berprestasi provinsi Aceh. Namun, saya tetap bersyukur kepada Allah Swt karena segala sesuatu terjadi atas kehendaknya juga. Mudah-mudahan saya dapat memberi contoh dan motivasi bagi pustakawan khususnya di Aceh untuk terus memberikan inovasi bagi kemajuan perpustakaan di Aceh dan terus mengembangkan diri tanpa henti.

Apa suka dan duka selama menjadi pengelola perpustakaan?

Saya sudah bekerja di Perpustakaan selama 23 tahun, yaitu sejak Oktober 1997, saat selesai kuliah dari Jurusan Ilmu perpustakaan UI. Sukanya jadi pustakawan adalah dapat melayani semua sivitas kademika di perguruan tinggi dengan membantu mereka menimba ilmu guna pendidikan sepanjang waktu.

Dukanya, pada awal bekerja sebagai pustakawan, pustakawan dianggap profesi buangan dan tidak prestisius, di samping tunjangan profesi kala itu masih jauh dibandingkan jabatan fungsional dosen. Namun sekarang, tunjangan fungsional pustakawan justru lebih besar dibanding fungsional dosen.

Hal apa yang paling berkesan selama mengelola perpustakaan di Aceh?

Saya sangat terkesan selama mengelola perpustakaan pascasarjana UIN Ar-Raniry karena pada saat saya pindah ke perpustakaan ini, saya menempati sebuah gedung yang cukup representatif bagi sebuah perpustakaan, dimana saya dapat mengatur sendiri manajemen baru sebuah perpustakaan berdasarkan standar suatu perpustakaan perguruan tinggi.

Di samping itu, saya telah berhasil memodernisasikan sistem automasi yang terintegrasi dengan sistem pengamanan dan data dengan RFID (Radio Frequency Identification). Selanjutnya adalah saya sangat berkesan melayani pemustaka di kalangan intelektual jenjang Magister dan Doktor.

Apa saja kiat atau cara agar dapat menjadi pustakawan terbaik tingkat Aceh?

Ciptakan inovasi, kreasi dan prestasi demi memberikan sumbangsih dalam peningkatan kualitas layanan bagi pemustaka. Terus mengembangkan potensi diri terutama dalam mengimbangai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, agar kita senantiasa dihargai oleh berbagai profesi yang ada di negeri ini.

Menurut bapak bagaimana kondisi minat baca di kalangan generasi muda di Aceh?

Secara umum minat baca di Aceh tidaklah mengkhawatirkan, kita boleh lihat di mana-mana masyarakat kita selalu membaca meskipun masih pada tingkat membaca melalui smart phone atau HP mereka, terlepas apa yang mereka baca. Di warung-warung kopi terutama di daerah perkampungan atau pinggiran kota, koran-koran seperti Serambi Indonesia dan Aceh Pos selalu lusuh dalam waktu kurang dari dua jam karena para peminum kopi/teh selalu bergantian membacanya.

Namun, perlu edukasi agar masyarakat dapat membaca hal-hal yang lebih bermanfaat bagi kehidupan mereka dalam rangka menambah pengetahuan yang bersifat ilmiah yang berdasarkan dalil-dalil atau sumber-sumber yang terpercaya.

Seperti apa bapak melihat kondisi perpustakaan di Aceh?

Dari waktu ke awaktu saya melihat perkembangan perpustakaan sudah cukup baik dibandingkan dekade sebelumnya. Saya melihat perpustakaan-perpustakaan sekolah juga semakin tumbuh dan berkembang dengan dengan baik terutama yang berada di perkotaan baik kabupaten maupun provinsi. Mereka juga sudah membuat inovasai-inovasi baru guna meningkatkan tingkat kunjungan ke perpustakaan seperti dengan membuat pojok-pojok baca, jambo-jambo baca dan masih banyak inovasi lainnya.

Namun, untuk perpustakaan desa memang masih banyak yang mengalami kendala baik dari segi SDM yang belum tersedia karena masih minimnya dana dan berbagai kendala lainnya. Perpustakaan umum kabupaten juga belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan karena masih minimnya kunjungan.

Hal terpenting apa yang dapat direrapkan agar dapat memajukan dunia perpustakaan di Aceh?

Disamping upaya-upaya yang disebutkan di atas, hal terpenting dalam memajukan perpustakaan di Aceh adalah disahkannya Qanun Perpustakaan Aceh karena dengan Qanun tersebut ada dasar hukum yang kuat atau dasar bagi pengembangan perpustakaan di Aceh.

Jika Qanun yang sedang diajukan ini disahkan, maka Pemerintah Aceh wajib menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan sampai ke tingkat gampong/desa sehingga SDM atau Pustakawan pun akan ditanggung oleh Pemerintah Aceh.

Lalu, bagaimana peran para orang tua dalam mendorong minat baca anaknya atau generasi muda?

Sudah disinggung di atas, orang tua wajib memberi contoh kepada anak-anak di rumah dengan menyediakan semacam pustaka kecil di ruangan tamu/keluarga dengan menyediakan buku-buku bacaan. Sehingga anak-anak akan termotivasi untuk melihat dan membaca. Para orangtua perlu menyisihkan waktu membaca di depan anak-anak agar mereka dapat menirunya. Matikan TV di rumah pada waktu-waktu tertentu dan ajaklah anak untuk membaca walau sesaat namun dilakukan secara rutin.

Jika hal-hal seperti ini dapat dilakukan mulai dari tingkat keluarga, insyaAllah minat baca masyarakat Aceh akan meningkat secara cepat. Saya yakin itu akan terwujud, untuk itu orangtua punya peran yang besar dalam hal membangun minat baca anak.

Menurut bapak, penting tidak peran media dalam mengembangkan minat baca dan membantu membumikan kecintaan kepada dunia perpustakaan?

Dalam hal mempopulerkan sesuatu program, peran media sangat menentukan keberhasilan terutama dalam mengarahkan mindset pembacanya. Demikian juga dengan hal peran media dalam mengembangkan minat baca sangatlah penting.

Jika media sering mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan minat baca dan perpustakaan maka mindset masyarakat termasuk para pemangku kebijakan akan berubah dan berpihak kepada pengembanagan dunia perpustakaan.

Selama ini rata-rata para pemangku kebijakan masih belum menaruh perhatian yang baik terhadap perpustakaan padahal dengan meningkatnya kualitas layanan perpustakaan dan meningkatnya minat baca akan menjadi dasar untuk kemajuan suatu bangsa lebih-lebih di Aceh dalam rangka mewujudkan program Aceh Carong. Semoga. [anr]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda