kip lhok
Beranda / Dialog / Aceh Yang Istimewa, Harus Direkam, Dilestarikan dan Diarsipkan

Aceh Yang Istimewa, Harus Direkam, Dilestarikan dan Diarsipkan

Minggu, 10 Juli 2022 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Kepala Arsip Republik Indonesia (ANRI) Aceh, Muhammad Ichwan. [Foto: For Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengembangan perpustakaan yang ada di Aceh semakin hari semakin membagus. Beberapa cafe yang ada di Aceh juga mulai gencar membuat sebuah sudut/pojok baca.

Perpustakaan wilayah yang ada di Kabupaten/Kota di Aceh juga mulai gencar mengupgrade fasilitas demi menunjang pelayan yang baik bagi masyarakat yang hendak berkunjung.

Kepala Arsip Republik Indonesia (ANRI) Aceh, Muhammad Ichwan mengatakan, minat baca masyarakat memang di Aceh semakin hari semakin meningkat, terlihat dari beberapa pantauannya anak-anak muda di Aceh menghabiskan banyak waktunya di Cafe yang hendak berdiskusi dan juga membaca buku.

“Ini merupakan hal yang harus direkam atau diarsipkan agar menjadi history dan rekam jejak kedepannya,” ungkapnya kepa Dialeksis.com saat diwawancara langsung di Kantor ANRI, Blang Bakoi, Kamis (9/6/2022).

Dikesempatan yang sama, Dialeksis.com juga melakukan Dialog bersama Kepala ANRI Aceh terkait bentuk pengarsipan dan pengembangan pustaka: 

1. Apa perbedaan antara Lembaga Arsip dan Perpustakaan?

Jawab: Disini perlu digaris bawahi terlebih dahulu, bahwa perpustakaan itu ada ranahnya, namun tempat satu rumpun dengan Arsip itu sendiri.

Perpustakaan dan Arsip itu hal yang berbeda. Contohnya, kalau ada masyarakat yang pinjam buku ke perpustakaan itu boleh saja, tapi kalau Arsip hanya orang tertentu saja yang berhak dan ada klasifikasinya.

“Dinamis dan Statis,” ujarnya.

Dirinya menjelaskan, Statis itu bebas diakses, namun tetap ada klasifikasinya. Sedangkan, Dinamis seperti di Aceh tentu ada pembatasan seperti tercantum dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Publik dan yang kedua UU Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan, tentu rujukannya UU tahun 45 tentang kebebasan mengakses Informasi.

2. Bagaimana perkembangan perpustakaan di Aceh?

Jawab: perkembangan dan pengarsipan di Aceh sangat luar biasa. Bahkan, sampai dibuatkan gedung yang besar.

Sesuai ketahanan di Aceh memang perlu dibina dalam konteks kearsipan itu sendiri. Banyak sekali informasi yang dimiliki oleh Aceh sejak zaman kerajaan sebelumnya. 

Aceh dengan banyaknya dinamikanya, dinamika keagamaan, dinamika politik, sosial dan perkembangan musibah Covid-19.

Orang Aceh, kata Ichwan, ada cara tersendiri menghadapi wabah Covid-19. 

“Bagaimana perpaduan antara ASN, Tentara, Polisi, Ulama dan masyarakat melakukan pencegahan Covid-19 itu sendiri,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, peranan Ulama di Aceh memberikan arahan-arahan agar jemaah tetap hadir ke Masjid untuk tetap beribadah agar masjid di Aceh tetap hidup dan selalu ramai akan jemaah.

“Masjid, Warung Kopi di Aceh terus hidup dan ramai, tentu ini harus direkam dalam arsip yang ada di Aceh. Tentunya dalam hal ini, pemerintah Aceh pasti ada arsip penanganan Covid-19 di Aceh,” sebutnya.

3. Bagaimana menurut anda penyelenggaran kearsipan di Aceh?

Jawab: sekarang ini penyelenggaraan kearsipan terus ditingkatkan oleh Arsip Nasional.

Menurut saya, pemerintah cukup bagus perhatiannya kepada pengelolaan kearsipan.

“Ini ditandai dengan adanya kearsipan di Kabupaten/Kota yang ada di seluruh Aceh, dan ini penting sekali,” tukasnya.

4. Bagaimana cara pengembangan pustaka-pustaka yang ada di Aceh?

Jawab: sebenarnya cara mengembangkannya sama saja, pertama regulasinya, harus jelas Qanunnya, Perda (Peraturan Daerah) terkait dengan kearsipan.

Hal tersebut menunjukkan pemerintah daerah itu perhatian.

Namun, tingkat implementasinya masih kurang. Sebenarnya di Aceh itu sudah wajib melakukan pengelolaan tingkat kearsipan dengan baik.

Ini disebabkan Aceh merupakan wilayah yang rawan bencana, rawan konflik, ditambah dengan situasi hama, bahkan kita juga tidak bisa memprediksi Tsunami. 

Oleh karena itu, diharuskan untuk lebih waspada membangun ketahanan perpustakaan dan kearsipan agar tidak hilang.

Sebelumnya, kata Ichwan ketika bencana Tsunami itu banyak sekali yang hilang.

“Jadi penting sekali mengarsipkan agar tidak musnah, karena Arsip ini ditinggalkan untuk generasi selanjutnya,” ujarnya.

5. Bagaimana tingkat kearsipan di tingkat nasional hingga daerah?

Jawab: Arsip Nasional pengelolaannya hingga pada komunitas yang ada di daerah.

Untuk ANRI Aceh nantinya juga akan bekerjasama dengan beberapa Universitas yang ada di Aceh.

Universitas itu sebagai corong kedepan dalam mengedukasikan kearsipan. Karena ketika ada bencana yang diselamatkan bukan hanya nyawa saja, tapi juga kearsipan itu sendiri.

Di Aceh sendiri sudah lumayan sekali tingkat kearsipannya. Walaupun pengawasan kearsipan itu masih kurang bagus. Namun tentu ini harus terus ditingkatkan, dari segi sarana prasarana dan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Lambat laun ini tentu akan semakin bagus kedepannya, yang penting seluruh stakeholder tetap bersatu dalam memperbaiki segala kekurangan yang ada,” ujarnya. 

Menurutnya saya secara pribadi, Aceh ini keren sekali, jadi sangat disayangkan jika tidak direkam sama sekali.

6. Zaman Digital seperti saat ini bagaimana pemanfaatan teknologi dalam kearsipan dan pustaka?

Jawab: zaman milenial seperti saat ini tentu tidak bisa lepas dari gadget. Oleh karena itu ANRI melakukan program Srikandi (Sistem Informasi Kearsipan Dinamis Terintegrasi).

Kemudian, pengembangan kearsipan Statis itu masuk kedalam jaringan nasional jadi ketika bicara apapun terkait Aceh dapat di klik melalui aplikasi Srikandi. 

Jadi semua program pemerintah itu sudah berbasis IT termasuk Perpustakaan dan Kearsipan.

Arsip itu kata, Ichwan harus berbanding lurus dengan bukti dan fisik. Aceh itu memiliki tingkat pengelolaan kearsipan yang lebih baik. Banyak yang upload arsipnya ke sistem informasi kearsipan nasional, jadi sudah ada buktinya, sehingga semuanya terlestarikan memorinya.

“Dan itu semua karena semua orang menyumbang memori kearsipan. Jika bicara memori kolektif bangsa, tentu Aceh memiliki segala hal mengenai hal itu,” ujarnya.

Anak muda sekarang harus bangga dengan dengan ke Acehannya, ini dikarenakan segala penjuru di Aceh itu penuh dengan historis dan memori politik bangsa yang memang harus dipelihara dan dijaga, kemudian disyiarkan ke seluruh dunia supaya orang-orang tahu.

“ANRI sendiri mengembangkan juga wisata kearsipan supaya ketika orang-orang yang datang ke Aceh dapat melihat bagaimana Aceh sebagai Serambi Mekkah itu seperti apa,” tambahnya.

7. Menurut anda apakah Aceh itu Istimewa?

Jawab: “Aceh Istimewa dari segala hal” 

“Selama saya berteman dengan orang Aceh, bertemu dengan Tokoh-tokoh GAM saya mendapatkan banyak hal, pengalaman, adat istiadat, keragaman budaya, dan tentu nilai keagamaan yang luar biasa,” ungkapnya.

Ichwan juga mengungkap, sebelumnya ia juga pernah mengembangkan karir sebagai seorang Jurnalis (Wartawan).

“Saat itu saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Irwandi Yusuf dan beberapa tokoh lainnya. Kemudian juga mendapatkan kesempatan keliling Aceh, membuat rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh,” ujarnya.

“Saya melihat hal luar biasa di Aceh ini, salah satunya adalah kejujuran dari masyarakat. Ketika Aceh dilanda Tsunami kalai itu, Aceh dengan luar biasanya bangkit dari segala hal terutama dari segi pembangunan,” ujarnya.

Oleh karena itu, penting sekali hal tersebut direkam dalam bentuk Arsip agar peristiwa-peristiwa luar biasa yang ada di Aceh terekam dengan baik. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda