Hasil Survei SMRC Pilkada Aceh 2024 Menuai Kontroversi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Redaksi
DIALEKSIS.COM | Dialektika - Beredar dan menjadi viral seantero Aceh, potongan hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang menunjukkan hasil mengejutkan publik, bahkan menjadi diskusi serius, yakni sosok Bustami Hamzah. Terbukti dari berbagai grup media sosial, pertanyaan tentang Bustami Hamzah langsung melesat bagaikan roket ke posisi ketiga hasil survei SMRC.
Data survei memperlihatkan pilihan calon gubernur Aceh (simulasi semi terbuka). Pertanyaannya berbunyi: "Seandainya pemilihan langsung gubernur Aceh dilaksanakan sekarang ini, siapa yang akan ibu/bapak pilih di antara nama berikut ini?"
Hasil temuan survei menunjukkan tiga besar: Sudirman Haji Uma 28,4%, Muzakir Manaf 19,4%, dan Bustami Hamzah 6,9%.
Selanjutnya, guna memastikan hasil tersebut, Dialeksis.com melakukan penelusuran secara mendalam untuk mendapatkan kejelasan informasi bagi pembaca setia Dialeksis dan masyarakat Aceh agar tercerahkan dengan validitas informasi.
Dimulai dengan menelusuri nomor kontak, setelah mendapatkan nomor Saiful Mujani yang tidak direspon, ternyata beliau memberikan mandat kepada Deni Irvani sebagai Direktur Eksekutif SMRC. Tak putus asa, tim mendatangi kantornya yang beralamat di Jl. Cik Ditiro II No.3, RT.1/RW.2, Gondangdia, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10350, dan akhirnya mendapatkan nomor yang bersangkutan.
Setelah itu, Dialeksis memperkenalkan diri kemudian memberikan pertanyaan pembuka, "Potongan hasil survei yang kami kirimkan, apakah benar produk SMRC?" Dengan cepat Deni Irvani menjawab, "Benar, ini hasil survei SMRC," ungkapnya kepada Dialeksis.com saat dihubungi via WhatsApp (12/07/2024).
Kemudian muncul pertanyaan selanjutnya dari Dialeksis, "Munculnya nama Bustami menjadi diskusi viral di Aceh. Apa yang menyebabkan dirinya memiliki elektabilitas sedangkan yang bersangkutan baru menjabat Pj gubernur Aceh? Izin tanggapan justifikasi kenapa muncul Bustami Hamzah yang mengalahkan orang yang lebih mengakar."
Selaku orang nomor satu dalam kelembagaan SMRC, Deni Irvani menjelaskan survei di Provinsi Aceh dilakukan pada 22 hingga 27 Mei 2024. Dalam simulasi pilihan semi terbuka (dalam survei, responden diberikan daftar banyak nama calon untuk dipilih dan boleh menyebut nama lain di luar daftar), dukungan tertinggi diraih oleh Sudirman Haji Uma 28,4%, disusul Muzakir Manaf 19,4%, Bustami Hamzah 6,9%, dan Illiza Saaduddin Djamal 6,1%. Nama-nama lain masing-masing mendapat dukungan di bawah 4%, dan yang tidak menjawab 16,4%.
"Sudirman Haji Uma dan Muzakkir Manaf sementara bersaing di papan atas. Di klaster berikutnya ada nama Bustami Hamzah dan Illiza Saaduddin Djamal," jelasnya.
"Secara psikologis, faktor elementer yang menjelaskan elektabilitas calon adalah awareness pemilih terhadap calon," terangnya lagi.
Terkait sekian banyak tokoh, menurut Deni Irvani, Sudirman Haji Uma paling banyak dikenal, yaitu 75% warga, kemudian Muzakir Manaf 72%. Ini yang menjelaskan mengapa kedua tokoh itu sementara berada di papan atas.
"Setelah itu, tokoh yang banyak dikenal publik Aceh adalah Nova Iriansyah 51%, Illiza Sa'aduddin Djamal 29%, Darwati A Gani 29%, Bustami Hamzah 28%, Ruslan M Daud 26%, Teuku Riefky Harsya 24%, M Nasir Djamil 23%. Nama-nama lain kedikenalannya masih di bawah 20%," ungkapnya lagi.
Di sesi akhir wawancara, Deni Irvani mengungkapkan, selain paling dikenal, Sudirman Haji Uma juga memiliki tingkat penerimaan yang positif, yakni disukai oleh 94% dari yang tahu, lebih tinggi dibanding likeability Muzakkir Manaf (70%).
"Nova Iriansyah cukup banyak dikenal (51%), tapi tingkat kedisukaannya tidak terlalu tinggi (disukai oleh 54% dari yang tahu) dibanding tokoh lain seperti Bustami (disukai oleh 64% dari yang tahu)," ungkapnya.
Agar memiliki keseimbangan perspektif dan pemikiran terhadap sebuah hasil survei, Dialeksis.com menghubungi Muttaqin, S.T., M.Cs, ahli komputer dan teknologi serta dosen Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien.
Menurutnya, penting untuk memahami bahwa survei sering kali memiliki keterbatasan dalam representasi data. "Survei di Provinsi Aceh yang dilakukan pada 22 hingga 27 Mei 2024, menunjukkan dukungan tertinggi diraih oleh Sudirman Haji Uma sebesar 28,4%, disusul oleh Muzakir Manaf dengan 19,4%, Bustami Hamzah 6,9%, dan Illiza Saaduddin Djamal 6,1%."
"Namun, angka-angka ini mungkin tidak sepenuhnya akurat karena survei hanya menggunakan sampling terbatas, baik melalui telepon maupun survei langsung, yang tidak selalu mencerminkan keseluruhan populasi," ujarnya kepada Dialeksis.com (12/07/2024).
Dari sisi psikologis, menurut Muttaqin, awareness atau kesadaran pemilih terhadap calon sangat mempengaruhi elektabilitas. Sudirman Haji Uma paling banyak dikenal oleh 75% warga, diikuti oleh Muzakir Manaf dengan 72%. Faktor ini berperan penting dalam menempatkan mereka di papan atas. Selain itu, Sudirman Haji Uma memiliki tingkat penerimaan yang positif dengan 94% dari yang tahu menyukainya, lebih tinggi dibandingkan dengan Muzakir Manaf yang memiliki likeability sebesar 70%.
Catatan penting dari Muttaqin, perlu diingat bahwa hasil survei sering kali dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk siapa yang membiayai survei tersebut. Ini terkadang menghasilkan prediksi yang berbeda dengan hasil pemilihan sebenarnya.
"Contoh kasus ini pernah terjadi pada pemilihan tahun 2006 saat pemilihan gubernur Aceh hasil survei menjelaskan Humam Hamid dan Hasbi Abdullah tertinggi maupun di Pilkada kota Banda Aceh saat dinyatakan Illiza tertinggi, di mana hasil survei tidak sesuai dengan hasil Pilkada," ungkapnya.
Selanjutnya, untuk meningkatkan akurasi, Muttaqin memberikan saran ketika survei di Aceh sebaiknya melibatkan 80% responden dari kalangan menengah ke bawah termasuk daerah pedalaman.
"Dengan demikian, hasil survei akan lebih representatif dan dapat memberikan gambaran yang lebih nyata tentang preferensi pemilih. Keterbatasan dan potensi bias dalam survei harus diakui dan diatasi untuk menghindari manipulasi opini publik demi kepentingan politik tertentu," pungkasnya.
Sementara itu, pemikiran lain diberikan oleh Muhammad Khaidir, Direktur Pusat Analisis Kajian dan Advokasi Rakyat (PAKAR), yang mengingatkan masyarakat Aceh untuk tidak terlalu mengandalkan hasil survei dalam Pilkada 2024 mendatang. Peringatan ini didasarkan pada pengalaman Pilkada Aceh 2006 yang hasilnya berbeda dari prediksi survei.
"Pada Pilkada 2006, survei menunjukkan pasangan Humam Hamid dan Hasbi Abdullah unggul. Namun, kenyataannya Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar yang memenangi pemilihan," ungkap Khaidir kepada Dialeksis.com, Jumat (12/7).
Khaidir menekankan bahwa kejadian tersebut membuktikan tidak semua survei dapat dipegang kebenarannya. "Banyak kasus di mana hasil survei tidak sesuai dengan realitas di lapangan," tambahnya.
Menghadapi Pilkada 2024, Khaidir mengajak masyarakat Aceh untuk lebih kritis dalam menyikapi informasi dan data yang beredar. "Masyarakat Aceh harus terbuka dan memiliki pemikiran jernih dalam menyerap informasi," tegasnya.
Ia berharap pengalaman masa lalu ini dapat mendorong masyarakat Aceh untuk lebih cerdas berpolitik. "Jangan mudah terpengaruh oleh satu sumber informasi saja. Kita harus mampu menganalisis berbagai data yang ada," ujar Khaidir.
Menurut Khaidir, sikap kritis ini penting untuk memastikan masyarakat dapat membuat keputusan yang tepat dalam Pilkada. "Dengan bersikap cerdas dan kritis, kita bisa memilih pemimpin yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan Aceh," pungkasnya.