Beranda / Data / Keajaiban 'Makmeugang' Aceh, Tradisi dan Kebaikan yang Abadi

Keajaiban 'Makmeugang' Aceh, Tradisi dan Kebaikan yang Abadi

Minggu, 10 Maret 2024 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi suasana masyarakat Meugang di Aceh. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Aceh - Tradisi 'Makmeugang' atau 'Meugang' dalam budaya Aceh bukan sekadar ritual, melainkan warisan berharga dari masa keemasan kerajaan Aceh Sultan Iskandar Muda. Dalam sorotan sejarah, tradisi ini dimulai sebagai ungkapan syukur dan keberkahan atas kemakmuran negeri Aceh, yang berlangsung selama berabad-abad.

Dalam tradisi ini, pemotongan hewan-hewan besar seperti sapi, kerbau, kambing, dan ayam tidak hanya merupakan perayaan, tetapi juga bentuk kepedulian sosial. Sultan Iskandar Muda mengawali praktik membagikan daging secara gratis kepada masyarakat, menjadikan tradisi ini sebagai wujud nyata dari keadilan sosial dan kepedulian kepada yang kurang mampu.

Tidak hanya itu, 'Makmeugang' atau 'Meugang' juga memiliki dimensi religius yang dalam. Selain sebagai bentuk syukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT, tradisi ini juga menekankan nilai-nilai kebersamaan, saling berbagi, dan gotong royong di antara masyarakat Aceh.

Menurut sejarawan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid alias Cek Midi, tradisi ini sudah berlangsung selama 400 tahun. Dalam masa keemasan Aceh, Sultan Iskandar Muda tidak hanya membagikan daging kepada yang kurang mampu, tetapi juga memberikan sembako dan kain. Hal ini mencerminkan kepedulian dan tanggung jawab sosial Sultan terhadap rakyatnya.

Qanun 'Meukuta Alam', yang dikeluarkan oleh Sultan Iskandar Muda, mengatur secara jelas pelaksanaan 'Meugang'. Dalam qanun tersebut, Sultan memerintahkan agar daging yang dipotong dibagikan kepada fakir miskin, dhuafa, dan orang-orang yang berkebutuhan khusus.

Dengan demikian, tradisi 'Makmeugang' atau 'Meugang' bukan hanya sekadar ritual keagamaan atau tradisi budaya semata, tetapi juga sebuah refleksi dari semangat kebersamaan, keadilan sosial, dan kepedulian yang telah mendarah daging dalam masyarakat Aceh selama berabad-abad.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda