Beranda / Berita / Studi Teknis Kanal Benteng Indrapatra, Aceh Tahun 2021

Studi Teknis Kanal Benteng Indrapatra, Aceh Tahun 2021

Selasa, 31 Agustus 2021 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penemuan dinding kanal yang rubuh dan terbenam dalam tanah di kedalaman + 1 meter masih memiliki hiasan puncak berbentuk lengkungan dan struktur yang masih utuh (Sumber: BPCB Aceh, 2021)


DIALEKSIS.COM | Aceh - Benteng Indrapatra merupakan satu dari sekian banyak benteng pertahanan warisan budaya Kerajaan Aceh yang sangat monumental dan masih bisa dilihat keberadaannya sampai sekarang. Benteng ini terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Objek ini telah diregistrasi dalam website registrasi nasional dengan nomor PO2016021000428 sebagai situs cagar budaya yang pelestariannya berada di bawah naungan undang-undang nomor 11 Tahun 20210 tentang Cagar Budaya. 

Benteng yang Indrapatra memiliki arsitektur unik karena mahakarya arsitek Kerajaan Aceh yang berbeda dengan bentuk benteng bangsa-bangsa lain. Salah satu ide local genius yang membedakannya denga benteng lain adalah pertemuan antar dinding benteng yang membentuk, berbeda karakter dengan benteng Eropa yang sudut bentengnya (pertemuan sudut dinding benteng) justru berbentuk bulat (bastion). Fungsi sudut atau siku pada benteng Indrapatra tentu berkaitan dengan fungsi taktis pertahanan dan sesuai kebutuhan pada jamannya.

Selain keunikan dinding benteng, di halaman benteng juga terdapat lantai (ubin) yang terbuat dari batu-batu datar yang terlihat mewah karena semakin meneguhkan kebesaran benteng. Sayangnya sebagain besar lantai batu yang terbuat dari jenis batu andesit ini masih tertimbun tanah dan pasir sehingga penting sekali di revitalisasi. Setelah lantai (ubin) dari papan batu andesit, kita baru dapat melihat kanal/saluran air yang mengelilingi benteng induk dan bangunan di belakangnya (sisi tenggara). Kanal ini di desain khusus berfungsi mengatur sirkulasi air tawar sekaligus alat pertahanan yang strategis menghambat kecepatan musuh sampai pada dinding benteng.

Pada tahun 2021 ini, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Aceh melakukan studi teknis kanal yang sebagian besar masih tenggelam di bawah tanah akibat tersedimentasi baik oleh factor alam maupun factor kelemahaan teknis. Faktor alam, misalnya akibat terbenam lumpur oleh tsunami, rob (pasang besar ) air laut, pasang rutin air laut dan perubahan lingkungan sekitarnya. Adapun factor kelemahan teknis, misalnya, teknologi kanal/saluran air ini awalnya diperuntukna untuk mengaur sirkulasi air tawar yang dikonsumsi penghungi benteng Indrapatra tetapi akibat perubahan lingkungan terjadi intrusi air asin menyebabkan kekuatan teknis fisik kanal kurang mampu beradapatasi dengan lingkungan air asin. Akibatnya, kekuatan spesi/perekat antar batu menjadi lemah dan tidak begitu mampu bertahan menahan tekanan.


Rapat koordinasi di lokasi Benteng Indrapatra (Sumber: BPCB Aceh, 2021)

Studi teknis Kanal benteng Indrapatra bertujuan menemukan ramuan strategi untuk mengatasi kerusakan struktural dan arsitektural pada kanal benteng agar dapat diambil tindakan pelestarian demi kanal tersebut dapat lestari kembali. Karena itu, studi teknis ini berusaha mengumpulkan data teknis meliputi data struktural, arsitektural, keterawatan, dan lingkungan di Kanal Benteng Indrapatra serta mengetahui tata letak dan keberadaan kanal Benteng Indraptra. Adapun sasaran yang ingin dicapai yakni terkumpulnya data teknis meliputi data struktural, arsitektural, keterawatan, dan lingkungan di Kanal Benteng Indrapatra dan terperolehnya tata letak dan keberadaaan Kanal Benteng Indrapatra.


Proses kegiatan ekskavasi di lingkungan yang berair (Sumber: BPCB Aceh, 2021)

Terakhir, untuk mensukseskan kegiatan, pihak BPCB Aceh bekerja dibantu Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, Banda Aceh dan tenaga ahli dari Balai Konservasi Borobudur, berkolaborasi atau bekerjasama secara maksimal selama 15 hari demi mendapatkan hasil presisi format pemugara kanal benteng Indrapatra yang maksimal sesuai tujuan yang ingin dicapai (Penulis: Ambo Asse Ajis, Robby M. Haz, Dwi Fajariatno dan Rizal Dhani). 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda