kip lhok
Beranda / Berita / Soal Ekonomi Islam, Indonesia Jauh di bawah Malaysia

Soal Ekonomi Islam, Indonesia Jauh di bawah Malaysia

Minggu, 13 Juni 2021 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Meski punya brand sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, peringkat Indonesia jauh di bawah negara tetangga Malaysia dalam soal ekonomi Islam. Peringkat ekonomi Islam yang disusun The Global Islamic Economy Indicator (GIEI) menunjukkan, Indonesia berada di urutan empat, di bawah Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Penduduk Muslim Indonesia, berdasarkan data World Population Reviews mencapai 229 juta orang, 12,05 persen dari total penduduk Muslim dunia. Sementara itu, penduduk muslim Malaysia hanya 16,32 juta (0,86 persen). Namun, Malayasia memang punya banyak kelebihan dibandingkan Indonesia.

Peringkat GIEI diukur dalam 49 metrik untuk enam sektor ekonomi, yakni keuangan Islam; makanan halal: wisata; fashion; media dan rekreasi: serta obat dan kosmetik halal.

Dari keenam sektor itu, Indonesia hanya unggul di bidang fashion dari Malaysia. Indonesia mendapat skor 57,9, di bawah Uni Emirat Arab (skor 235,6), sedangkan Malaysia hanya 43,7.

Negeri Jiran setidaknya unggul pada 4 dari 6 sektor ekonomi islam. Dari sektor keuangan, misalnya, Malaysia menempatkan dua bank di 10 bank syariah terbesar di dunia, yakni Maybank Islamic (peringkat 4), dan CIMB Islamic Bank (10). Bahkan, di 50 besar, ada 11 bank syariah Malaysia.

Indonesia hanya punya satu, Bank Syariah Indonesia. Dilihat dari asetnya, Bank Syariah Indonesia berada di posisi ke-19. Namun, jika dibandingkan dengan bank-bank Malaysia, BSI sebesar AS$16,78 miliar memang masih jauh. Aset Maybank, misalnya, punya aset AS$57,95 miliar, dan CIMB Islamic (AS$26,07 miliar).

Keberhasilan Malaysia juga tak terlepas dari panduan dalam menjalankan ekonomi islam secara digital yang diberikan pemerintah Malaysia melalui MDEC. Panduan tersebut diperuntukkan bagi perusahaan rintisan, pemodal ventura, dan para pemain dalam ekosistem tersebut-- disebut dengan Mi’yar.

Upaya inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor yang mengukuhkan posisi Malaysia sebagai yang terbaik dalam ekonomi Islam, serta mewujudkan Malaysia 5.0. Ini adalah upaya Malaysia menggenjot ekonomi digital sebagai bagian dari keinginan Malaysia bangkit dari pandemi Covid-19.

Saat ini, ekonomi digital di sana tumbuh 21 persen per tahun. Sumbangan ekonomi digital terhadap ekonomi pada 2020 sudah sekitar 20 persen. Volume e-commerce Malaysia juga sudah sangat besar, yakni berkisar 110 miliar ringgit Malaysia atau sekitar Rp381 triliun dan berkontribusi 40 persen terhadap ekonomi digital.

Di sisi lain Indonesia di peringkat ke 4 menurut GIEI dengan skor 91,2 masih belum mempunyai kebijakan ekonomi digital syariah sebaik Malaysia. Namun, paling tidak pemerintah baru saja membentuk Masyarakat Ekonomi Syariah yang dipimpin Menteri BUMN Erick Thohir.

Sebelumnya, Komite Nasional Ekonomi dan Syariah sudah membuat Master Plan ekonomi syariah Indonesia 2019 - 2024. Paling tidak, ada empat langkah strategis untuk mewujudkan tujuan master plan tersebut, yakni melalui penguatan rantai nilai halal, penguatan ekonomi syariah, penguatan UMKM, dan penguatan pemanfaatan digital.[Lokadata]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda