Mantan Sopir Angkot Kini Jadi Resmi Terkaya ke-3 di Indonesia
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Siapa pelaku pasar saham yang tak kenal dengan taipan petromikia Prajogo Pangestu? Pria berusia 77 tahun ini baru-baru ini menempati peringkat ketiga orang terkaya Tanah Air versi Forbes Real Time.
Forbes mencatat kekayaan Prajogo mencapai US$ 6,2 miliar atau setara dengan Rp 89,9 triliun (kurs Rp 14.500/US$) dan menempatkan Prajogo sebagai orang ke 465 terkaya di dunia dan nomor tiga di Indonesia.
Posisinya menggeser Sri Prakash Lohia yang sebelumnya berada di urutan ketiga. Pekan lalu Sri Prakash, bos perusahaan petrokimia dan tekstil, Indorama Corporation (PT Indorama Syntetics Tbk/INDR), masih punya kekayaan sebesar US$ 6,3 miliar atau setara Rp 91,35 triliun.
Tapi pekan ini, kekayaannya berkurang menjadi US$ 6,1 miliar. Adapun posisi pertama dan kedua, masih ditempati adik-kakak Hartono pemilik Gup Djarum dan BCA yakni Robert Budi Hartono (US$ 18,1 miliar) dan kakaknya Michael Bambang Hartono (US$ 17,4 miliar).
Soal Prajogo, kekayaan utamanya bersumber dari dua emiten petrokimia yang melantai di bursa di mana keduanya tergolong sebagai big cap yakni emiten berkapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun.
Tercatat Prajogo menguasai langsung 70,85% saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) senilai Rp 64,4 triliun. Prajogo juga menguasai langsung 13,33% saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) senilai Rp 22,3 triliun.
Sepekan terakhir BRPT dan TPIA kebanjiran sentimen positif utamanya masuknya BRPT ke indeks prestisius pasar modal Tanah Air yakni LQ45, indeks yang berisikan konstituen saham-saham dengan perdagangan likuid dan prospek usaha yang cerah.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam sepekan terakhir, saham TPIA berhasil melesat 7,43%, sedangkan kenaikan saham BRPT lebih fantastis di angka 19,75% dalam sepekan.
Kenaikan kedua saham ini berhasil menambah pundi-pundi keuangan Prajogo hingga Rp 12 triliun sehingga pengusaha petrokimia ini berhasil menyalip bos tekstil Sri Prakash yang sebelumnya menduduki posisi nomor tiga.
Apabila ditotal kepemilikan pria asal Kalimantan Barat ini di BRPT dan TPIA mencakup hampir seluruh kekayaan Prajogo di angka Rp 86,7 triliun.
Bagaimana cerita, pengusaha kayu yang beralih bisnis menjadi petrokimia ini menjadi orang terkaya ketiga di Indonesia ?
Sejatinya, usaha Prajogo mendaki tangga daftar orang terkaya di Indonesia tidaklah mudah karena awal karier Prajogo harus dimulai berkekurangan.
Pria kelahiran Sungai Betung, Sambas ini bahkan pernah menjadi sopir angkot sebelum mulai berbisnis, seperti dilansir dari CNN Indonesia.
Ayah Prajogo ternyata hanya penyadap getah karet dan hanya mampu menyekolahkan Prajogo hingga SMP. Nasib Prajogo berubah setelah bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia yang bernama Bong Sun On. Sejak saat itu Prajogo mulai meniti karier di PT Djajanti Group milik Bong.
Setelah selesai menimba ilmu di perusahaan pengusaha asal Negeri Jiran, Prajogo memberanikan diri untuk memulai usahanya sendiri. Bermodalkan utang bank, ia membeli CV Pacific Lumber Coy.
Kepiawaian Prajogo dalam berbisnis membuat perusahaan ini sukses hingga Prajogo membawa perusahaan melantai di bursa pasar modal Tanah Air pada tahun 1993 silam sebelum akhirnya pada 2007, ia mengubah nama perusahaannya menjadi PT Barito Pacific seperti dilansir dari Forbes.
Bersamaan dengan itu, ia pun mulai mengurangi bisnis perkayuan serta memperbesar bisnis petrokimia, migas, dan tambang. Perkembangan bisnisnya yang pesat membuat Prajogo kembali mengambil alih sejumlah perusahaan.
Lewat Barito Pacific, ia mengakuisisi 70 persen saham TPIA serta mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia yang kemudian dimerger dengan TPIA pada 2011 lalu. Saat ini TPIA menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia.
Dilansir dari situs resmi perusahaan, Barito Pacific yang semula berbisnis kayu di tahun 1979 merubah namanya agar bisa secara cepat bertumbuh menjadi perusahaan yang lebih terdiversifikasi.
Saat ini BRPT merupakan perusahaan energi terintegrasi dan merupakan perusahaan geotermal terbesar ketiga di dunia.
Putra bungsunya, Baritono Pangestu, saat ini juga turun langsung menangani Chandra Asri sebagai Wakil Presiden Direktur. Pada Februari lalu, Baritono juga membeli sebanyak 24.500 saham TPIA.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Baritono di laman BEI, transaksi tersebut telah terjadi pada 23 Februari 2021 dengan harga pembelian Rp 10.120 per saham. Dengan demikian, dari transaksi ini, Baritono merogoh kocek sebesar Rp 247,94 juta.[CNBC Indonesia]