Ketika Proyek Pemerintah Mulai Byar Pet
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Proyek pemerintah, yang selalu menjadi simbol pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ternyata tidak selamanya melaju kencang. Dalam lima tahun terakhir, pembangunan jalan, jembatan dan pelabuhan mencapai puncak pada Desember 2018, tapi setelah itu terus melemah. Baru setelah memasuki tahun 2021, pembangunan prasarana tampak kembali tumbuh bergegas.
Perkembangan pembangunan jalan, jembatan dan pelabuhan, antara lain dapat dilihat melalui indeks harga perdagangan besar untuk kelompok bangunan. Indikator ini mencerminkan perkembangan konsumsi atau pembelian bahan baku proyek konstruksi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks harga perdagangan besar kelompok bangunan untuk jalan, jembatan dan pelabuhan tumbuh 3,8 persen pada Mei 2021. Ini merupakan pertumbuhan terendah (paling lambat) sejak Juli 2019.
Bahkan dalam lima bulan sepanjang tahun lalu, Maret - Juli 2020, indeks bukan hanya melambat, tapi menyusut (tumbuh minus). Perkembangan indikator perdagangan bahan baku proyek-proyek prasarana, yang mengindikasikan gairah pembangunan proyek infrastruktur milik pemerintah, mulai layu.
Ini berbanding terbalik dengan indeks perdagangan bahan bangunan untuk rumah-tinggal dan bukan-rumah-tinggal seperti perkantoran, yang umumnya dikerjakan oleh swasta. Selain tak pernah menyusut (juga di saat krisis tahun lalu), pertumbuhannya pun mulai melampaui proyek infrastruktur pemerintah, sejak Februari 2020.
Ini menunjukkan, gairah pembangunan proyek konstruksi swasta tetap terjaga, meski melambat. Tetap tumbuh positif, walau lebih rendah ketimbang sebelumnya.
Seiring dengan turunnya gairah pembangunan proyek infrastruktur, tingkat permintaan kredit pun melemah. Penyaluran kredit konstruksi mulai melambat, setelah mencapai puncak pertumbuhan pada Februari 2019.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konstruksi pada Maret 2021 lalu hanya tumbuh 5,7 persen, dibandingkan dengan Maret 2020.
Dalam lima tahun terakhir, porsi kredit konstruksi terhadap total kredit yang disalurkan perbankan sebenarnya tumbuh pesat, dari 4,3 persen (Maret 2016), menjadi 6,8 persen (Maret 2021).
Dilihat dari jumlah nominal, outstanding kredit konstruksi pada Maret 2021 mencapai Rp373,5 triliun, sedangkan total kredit Rp5.496,4 triliun.
Namun, perlu dicatat, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di sektor konstruksi selalu lebih tinggi dari NPL untuk seluruh kredit perbankan. Ini memberi petunjuk adanya "kerawanan" pada kredit di sektor tersebut.[Lokadata]