kip lhok
Beranda / Berita / Google dan YouTube Ajak #YukPahamiPemilu Lawan Misinformasi

Google dan YouTube Ajak #YukPahamiPemilu Lawan Misinformasi

Kamis, 21 September 2023 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM Jakarta - Google dan YouTube mengumumkan serangkaian fitur produk, kemitraan, dan program melalui acara #YukPahamiPemilu.

Banyak pemilih akan meminta bantuan Google dan YouTube untuk mendapatkan berita terbaru dan mengenal para kandidat dengan lebih baik. Demikian pula bagi para pemilih pemula, yang mungkin baru sekadar ingin memahami proses pemilu.

Untuk membantu pemilih mendapatkan informasi terbaru dan mengenal para kandidat dengan lebih baik, mereka menghadirkan panel informasi kandidat pemilihan umum di Google Search.

Kemudian, mereka mengatakan, segmen sumber resmi di Google Search akan mengarahkan pengguna ke halaman resmi pemilu dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Informasi debat resmi dan berbagai link live streaming pemilu juga bakal ada di halaman beranda Google Search dan YouTube selama masa kampanye dan pemungutan suara.  

Danny Ardianto, Head of Government Affairs and Public Policy untuk Indonesia dan Perbatasan Asia Selatan di YouTube mengatakan, dalam beberapa tahun ini, mereka telah banyak berinvestasi agar YouTube bisa menjadi sarana bagi pengguna untuk mencari informasi yang kredibel, dengan tetap menjaga keterbukaan.

Mereka mengaku juga memiliki kebijakan misinformasi pemilu yang relevan dengan kebijakan lain di Pedoman Komunitas, yang melarang konten menyesatkan atau menipu yang berisiko memberikan dampak buruk yang mengerikan di dunia nyata. 

"Misalnya seperti konten yang berisi informasi dari hasil peretasan yang dapat memengaruhi proses demokrasi, atau konten dengan klaim yang keliru terkait kelayakan kandidat. Tugas kami tak akan pernah selesai dan kami berkomitmen untuk menjadikan YouTube sebagai komunitas yang menarik dan aman bagi semua orang untuk menyerukan suaranya dengan tetap mendukung pemilu yang aman dan damai,” ungkap Danny.

Jutaan rakyat Indonesia akan berpartisipasi dalam pemilu pada bulan Februari yang akan datang, dan dengan tersedianya bermacam-macam sumber informasi yang mudah dijangkau secara online, tentunya amat penting untuk memastikan orang-orang yang membaca berita agar lebih waspada dan memiliki sarana untuk mengevaluasi dan memisahkan informasi berkualitas dari misinformasi. 

Sebuah penelitian dari Moonshot, perusahaan partner Google yang berfokus mengatasi masalah sosial terkait bahaya yang mengancam di internet, menunjukkan bahwa ada 3 taktik misinformasi yang umum terjadi di Indonesia: manipulasi emosi, distorsi konteks, dan taktik untuk menjatuhkan nama baik. 

Seiring dengan tema misinformasi yang saat ini mendominasi dan kerap bermunculan, taktik-taktik ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah dan proses demokrasi pada pemilu mendatang.

Untuk meningkatkan keterampilan komunitas lokal yang kurang terlayani dengan kemampuan literasi digital, Google.org, organisasi filantropi Google, akan terus mendukung Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) dengan hibah senilai USD2,5 juta untuk meningkatkan cakupan program Tular Nalar. 

Tular Nalar adalah program perintis yang dibentuk oleh MAFINDO, MAARIF Institute, dan Love Frankie pada tahun 2020 dan telah meraih lebih dari 500.000 penerima manfaat di Indonesia. 

Fokus utama program ini adalah menyediakan sarana dan membekali kelompok yang rentan dan termarginalkan, seperti kaum muda dan lansia, dengan kemampuan yang diperlukan untuk mengidentifikasi informasi yang keliru, hoaks, dan ujaran kebencian”untuk memastikan bahwa mereka dapat menjelajahi internet dengan aman, dengan tetap terhindar dari hoaks dan penipuan digital.

“Upaya yang diperluas tersebut akan meneruskan dan mengembangkan kerja keras kami terdahulu, yang bertujuan untuk menunjang penerima manfaat, terutama pemilih pemula dan lansia, dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Ini akan membantu mereka agar lebih mengenali dan mampu memerangi hoaks, misinformasi, dan penyebarluasan ujaran kebencian terkait pemilu,” kata Santi Indra Astuti, Perwakilan MAFINDO dan program Tular Nalar. 

Google Indonesia dan Jigsaw berpartner dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Moonshot, Safer Internet Lab (SAIL), Cek Fakta, Narasi Media, dan Vindes Corp dalam meluncurkan kampanye prebunking yang disebut #RecheckSebelumKegocek untuk membantu masyarakat Indonesia membangun model mental dan menjadi lebih tahan banting menghadapi misinformasi dan disinformasi.

Sementara itu, YouTube berkolaborasi dengan Think Policy dan What is Up Indonesia melalui kampanye #HitPause untuk mengingatkan masyarakat Indonesia tentang taktik-taktik yang harus dipahami untuk menghadapi misinformasi.  

“Kita akan terus membangun kemitraan yang bermanfaat dengan media, pihak berwajib yang bersangkutan, asosiasi independen, dan kelompok komunitas untuk membantu masyarakat mengakses informasi yang tepat agar dapat membuat pilihan yang mantap di pemilu mendatang,” kata Muriel Makarim, Head of Brand and Reputation Marketing di Google Indonesia.

“Saat ini informasi tersedia amat cepat dan masif dalam satu genggaman. Menghadapi Pemilu 2024, sebagai penyelenggara Pemilihan Umum, KPU menyadari dan memiliki komitmen untuk berusaha ikut meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dengan memaksimalkan sarana dan channel online yang tersedia dalam dunia maya. Kami ingin turut membantu masyarakat melawan hoaks Indonesia dengan meningkatkan akses pada informasi kredibel dan tepat waktu,” kata Betty Epsilon Idroos, Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia 

“Menciptakan lingkungan online yang aman terutama selama momen berisiko tinggi, seperti masa kampanye pemilu sampai pelantikan adalah tanggung jawab bersama. Kami sangat mengapresiasi kemitraan Google dan YouTube hingga saat ini dalam memerangi misinformasi dan memastikan lingkungan online yang inklusif dan aman untuk seluruh lapisan masyarakat di Indonesia,” kata Budi Arie Setiadi, Menteri Komunikasi dan Informatika saat berbicara di acara tersebut.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda