kip lhok
Beranda / Berita / Erick Thohir: 4 Profil BUMN Mati Suri, Segera Dibubarkan

Erick Thohir: 4 Profil BUMN Mati Suri, Segera Dibubarkan

Kamis, 06 Mei 2021 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: doc MI/Susanto


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Tercatat ada tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan dibubarkan Kementerian BUMN. Langkah pembekuan didasari atas operasional perseroan yang sudah mati suri sejak 2008 lalu.

Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut, proses pembubaran dilakukan usai pemegang saham berkoordinasi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PAA). Rencananya, pembubaran dilakukan hingga akhir 2021.

"Itu sudah dari 2008 mati suri. Kita sebagai pimpinan akan zalim kalau nggak ada kepastian," ujar Erick kepada wartawan di Gedung Kementerian BUMN, dikutip (5/5/2021).

Adapun MNC Portal Indonesia merangkum sejumlah profil perusahaan pelat merah yang masuk dalam list hitam Erick Thohir. Perseroan terdiri atas:

1. PT Kertas Kraft Aceh (Persero)

Pemegang saham memasukan Kertas Kraft Aceh sebagai perusahaan yang tidak produktif sejak beberapa tahun belakangan. Core business atau bisnis utama perseroan negara ini adalah memproduksi kertas kantong semen.

Diketahui, sejak 2007 silam manajemen dan pemegang saham perusahaan memutuskan menghentikan produksi kertas karena bahan baku dan gas yang tidak menunjang. Meski begitu, ada upaya penyelamatan yang dilakukan Kementerian BUMN dengan mencari pendanaan sebesar Rp 1 triliun untuk menunjang kinerja produksi. Anggaran tersebut dibutuhkan untuk memenuhi bahan baku dan perbaikan alat produksi, tapi, upaya ini tak berjalan.

Menariknya, perusahaan negara ini merupakan tempat kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak masih tinggal di Nanggroe Aceh Darussalam, lokasi perusahaan tersebut didirikan.

Dikutip laman Kementerian BUMN, Kertas Kraft Aceh bergerak di bidang industri pulp dan kertas yang didirikan dalam rangka swasembada pengadaan kertas kantong di dalam negeri. Perusahaan didirikan pada 1983 yang disusul pembangunan pabrik pada 1985 dengan investasi 424,7 juta dolar AS.

Pabrik mulai beroperasi pada 1989 dengan produksi komersial pada 1990. Lokasi pabrik berada di zona industri Lhokseumawe, 26 km dari Lhokseumawe, Aceh Utara. Namun, sejak 2007 operasional perusahaan terkendala akibat terhentinya pasokan bahan baku. 

Pemegang saham memasukan Kertas Kraft Aceh sebagai perusahaan yang tidak produktif sejak beberapa tahun belakangan. Core business atau bisnis utama perseroan negara ini adalah memproduksi kertas kantong semen.

2. PT Industri Glas (Persero)

Bernasib sama dengan Kertas Kraft Aceh, PT Iglas juga masuk daftar BUMN sakit. Erick Thohir pernah melontarkan kalimat bahwa perusahaan 'mati segan hidup tak mau' karena kinerja yang payah dan merugi.

Dari laman website Kementerian BUMN, perseroan bergerak di bidang pembuatan kemasan gelas, khususnya botol untuk memenuhi kebutuhan industri bir, minuman ringan, farmasi, makanan, dan kosmetika, dengan total kapasitas 340 ton per hari atau 78.205 ton per tahun.

Banyak perusahaan yang mempercayakan pembuatan kemasannya dikerjakan oleh BUMN yang berkantor pusat di Segoromadu Gresik ini. Salah satunya Coca-Cola. Hampir separuh pabrik PT Iglas dikerahkan untuk memproduksi botol beling Coca-Cola.

Kendati demikian, Coca-Cola perlahan mengurangi pemesanan botol pada PT Iglas. Hal itu karena perusahaan asal Amerika Serikat ini mulai beralih menggunakan kemasan botol plastik. Perusahaan didirikan sejak 29 Oktober 1956.

3. PT Kertas Leces (Persero) 

Kertas Leces merupakan pabrik kertas tertua kedua setelah pabrik kertas Padalarang yang dibangun pada masa penjajahan Belanda yakini 1939.

Perseroan mulai beroperasi sejak 1940. Perusahaan pernah menghasilkan kertas 10 ton per hari. Bahkan, perseroan pernah memproduksi kertas 640 ton harinya dan menghasilkan berbagai jenis kertas.

Meski begitu, hantaman krisis moneter 1998 membuat kinerja perusahaan semakin menurun. Kinerja yang kian memburuk membuat pabrik pelat merah berhenti beroperasi pada Mei 2010 lalu. Penghentian juga disebabkan Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gas. Saat itu pabrik sudah menunggak utang sebesar Rp 41 miliar.

Pabrik mulai beroperasi kembali pada 2012, namun dalam kondisi berbeda seperti masa jaya Leces. Beberapa saat kemudian, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) memastikan, PT Kertas Leces mengalami pailit atau bangkrut sejak 25 September 2018.

4. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

Merpati Nusantara Airlines (MNA) didirikan pada tahun 1962 dan memiliki pusat operasi di Jakarta. Merpati resmi berhenti beroperasi pada 1 Februari 2014 karena masalah keuangan yang bersumber dari berbagai utang.

Merpati juga sempat terancam pailit sebelum Majelis hakim pengadilan niaga mengabulkan proposal perdamaian dalam sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Merpati Nusantara Airlines dengan kreditur di Pengadilan Negeri Surabaya pada 2018 lalu

Dahlan Iskan, Menteri BUMN 2011-2014, juga bilang rencana likuidasi Merpati dan 29 BUMN lain sudah ada sejak dia menjabat.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda