kip lhok
Beranda / Berita / Alokasi Belanja Pulsa Menurun

Alokasi Belanja Pulsa Menurun

Minggu, 09 Mei 2021 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pengguna telepon seluler di Indonesia terus meningkat dari sisi jumlah, baik di kota maupun di desa. Namun pengeluarannya untuk belanja pulsa semakin kecil.

Hasil survei sosial ekonomi nasional Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hingga Maret 2020, jumlah pemilik handphone (HP) atau telepon genggam nirkabel di Indonesia ada sekitar 155,4 juta atau 57,5 persen dari total penduduk. Sebanyak 70 persen di antaranya berdomisili di kota dan sisanya di desa.

Namun dari sisi persentase, jumlah pemilik ponsel mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang 58 persen dari total jumlah penduduk. Kendati demikian, persentase pemilik ponsel pada 2020 lebih tinggi dibandingkan 2017 dan 2018 yang masing-masing 54,3 persen dan 56,8 persen.

Penurunan persentase pemilik ponsel pada tahun lalu hanya terjadi di kota: turun dari 62,1 persen menjadi 62 persen. Sementara di desa justru mengalami kenaikan, dari 37,9 persen pada 2019 menjadi 38 persen.

Sejalan dengan penurunan persentase penduduk yang memiliki ponsel, belanja pulsa mulai ikut menurun. Jika pada 2017 rata-rata pemilik ponsel yang bermukim di kota menghabiskan Rp23.348 per bulan untuk membeli pulsa, data BPS mencatat, hingga Maret 2020 belanja pulsa hanya Rp18.638 per bulan.

Penurunan belanja pulsa juga terjadi di desa, yang turun dari Rp13.057 menjadi Rp12.749 per bulan, selama periode yang sama.

Ada beragam kemungkinan terjadinya penurunan belanja pulsa ini. Mungkin karena alokasi belanja makin ketat, hanya untuk kebutuhan pokok -- tapi bisa juga akibat banyaknya aplikasi komunikasi gratis, sehingga penggunaan pulsa kian irit. Kemungkinan lain, bisa saja harga pulsa yang makin murah akibat persaingan.

Yang pasti, tren penurunan belanja pulsa ini berpotensi menekan pendapatan operator telepon seluler. Hingga tahun lalu, kinerja sektor informasi dan komunikasi memang masih tumbuh 10,6 persen di saat perekonomian nasional menyusut 2,1 persen. Hanya, masih jauh dari puncak pertumbuhan pada 2012 yang mencapai 12,3 persen.[Lokadata]


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda