Beranda / Analisis / PERJALANAN EKSKLUSIF PRABOWO: EPIK PEMILU DI NEGERI UJUNG BARAT

PERJALANAN EKSKLUSIF PRABOWO: EPIK PEMILU DI NEGERI UJUNG BARAT

Minggu, 18 Februari 2024 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Aryos Nivada

Aryos Nivada Dosen FISIP Universitas Syiah Kuala dan Pendiri Jaringan Survei Inisiatif


DIALEKSIS.COM | Nasional - Indonesia baru saja menyelesaikan hajatan demokrasi terbesarnya pada tanggal 14 Februari 2024 lalu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih dalam proses rekapitulasi hingga tingkat pusat, dengan batas waktu hingga 20 Maret 2024. Keputusan akhir juga akan diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menentukan keabsahan hasilnya.

Meskipun hasil akhir Pilpres 2024 akan diketahui pada 20 Maret mendatang, sejumlah lembaga survei telah melakukan hitung cepat (quick count) beberapa jam setelah penutupan Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 14 Februari 2024. Quick count Poltracking, misalnya, telah menyelesaikan perhitungan dengan margin of error sebesar 1 persen, berdasarkan data dari 3.000 TPS di seluruh Indonesia. Hasilnya menunjukkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul jauh dari pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dengan persentase suara 58,51%, 25,13%, dan 16,36% secara berturut-turut.

Hasil real count Pilpres 2024 yang diumumkan oleh KPU pada 17 Februari 2024 menunjukkan bahwa pasangan Prabowo-Gibran masih memimpin dengan 49.747.461 suara atau 57,95%, diikuti oleh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 21.013.738 suara atau 24,48%, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 15.084.928 suara atau 17,57%.

Dengan melihat data dari berbagai lembaga survei dan real count KPU, kemungkinan besar pasangan nomor urut dua akan menjadi pemenang Pilpres 2024 dalam satu putaran. Hal ini berdasarkan data dari pemilu sebelumnya, bahwa hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga kredibel, tidak jauh berbeda dengan hasil akhir yang diputuskan oleh KPU dikemudian hari.

Jejak Prabowo dalam Pilpres Tanah Rencong

Menariknya, meskipun pasangan Prabowo menunjukkan perolehan suara signifikan di sebagian besar provinsi di Indonesia, Prabowo justru mengalami kekalahan di Provinsi Aceh pada Pilpres 2024. Padahal, pada dua Pilpres sebelumnya, Prabowo selalu menjadi pilihan utama rakyat Aceh.

Pada Pilpres 2014, Prabowo yang ketika itu berpasangan dengan Hatta Rajasa unggul tipis di sejumlah wilayah Aceh, namun pada Pilpres 2019, Prabowo-Sandiaga Uno meraih kemenangan mutlak dengan perolehan suara sangat signifikan di Aceh.

Celakanya , pada Pilpres 2024, Prabowo-Gibran hanya mampu meraih sekitar 20 persen suara di Aceh. sedangkan pasangan Anies-Muhaimin unggul telak dengan 76,46 persen suara dari total surat suara yang masuk.

Bila kita telisik lebih dalam, jumlah suara sah di Pilpres 2019 di Aceh mengalami peningkatan sebanyak 802.335 orang bila dibandingkan dengan Pilpres 2014. Di Pilpres 2019 perolehan suara Jokowi turun sebesar 509.121 suara. Sedangkan perolehan suara Prabowo meningkat sebanyak 1.311.456 suara. Selisih kemenangan Prabowo di Aceh meningkat dari 175.981 menjadi 1.996.558 suara. Prabowo mengulang kemenangannya di Aceh pada Pilpres 2019.

Disini, kita mengalami dejavu, dimana kemenangan Prabowo saat Pilpres 2019 Aceh dan Sumbar. Dari 34 provinsi, Aceh dan Sumatera Barat (Sumbar) tercatat sebagai wilayah dengan persentase kemenangan paling telak bagi Prabowo-Sandiaga. Di dua provinsi itu, Prabowo-Sandiaga memperoleh 4.889.479 suara dengan rincian: 2.400.746 suara di Aceh dan 2.488.733 suara di Sumatera Barat. Sementara Jokowi-Ma'ruf hanya memperoleh 811.949 suara dengan rincian: 404.188 suara di Aceh dan 407.761 suara di Sumatera Barat. Suara Prabowo di Aceh dan Sumbar 4.077.530 suara lebih banyak dari suara Jokowi-Ma'ruf.

Pemicu Prabowo Unggul Pemilu 2014 dan 2019 di Aceh

Ada sejumlah Faktor-faktor yang menyebabkan Prabowo unggul pada Pemilu 2014 dan 2019 di Aceh. Diantaranya meliputi :

Pertama, Dukungan dari Kelompok Agama. Prabowo mendapatkan dukungan kuat dari kelompok agama, terutama dari kalangan Islamis seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan 212. Dukungan ini bisa menjadi faktor kunci mengingat mayoritas penduduk Aceh adalah Muslim, dan mereka cenderung memilih kandidat yang dianggap lebih dekat dengan nilai-nilai agama.

Kedua, Kepiawaian Memperkuat Citra Islami. Prabowo secara strategis mampu menciptakan narasi memperkuat citra Islami dalam kampanyenya. Hal ini bisa melalui narasi, sikap, atau kebijakan yang dinilai mendukung nilai-nilai agama Islam yang diyakini oleh masyarakat Aceh.

Ketiga, Dukungan dari Tokoh Agama dan Ulama. Prabowo mendapat dukungan dari tokoh-tokoh agama dan ulama yang memiliki pengaruh di Aceh. Dukungan dari tokoh-tokoh ini dapat membantu memperkuat citra Prabowo sebagai pilihan yang dianggap lebih baik dalam konteks agama.

Keempat, Kepentingan Lokal dan Isu Strategis. Prabowo mungkin berhasil menyentuh isu-isu strategis dan kepentingan lokal yang relevan bagi masyarakat Aceh. Hal ini bisa termasuk janji-janji pembangunan, penyelesaian konflik lokal, atau isu-isu lain yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk Aceh.

Faktor-faktor di atas, bersamaan dengan konteks politik dan sosial khusus di Aceh, kemungkinan besar telah membantu Prabowo memperoleh dukungan yang kuat pada Pemilu 2014 dan 2019.

Telisik Kekalahan Prabowo pada Pilpres 2024 di Aceh

Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab kekalahan Prabowo pada Pilpres 2024 di Provinsi Aceh.

Pertama, Citra Positif Anies. Anies Baswedan memiliki citra yang sangat positif di mata masyarakat Aceh, terutama karena kedekatannya dengan tokoh ulama karismatik di wilayah tersebut. Hal ini meningkatkan elektabilitasnya di Aceh. Hal ini berkaitan dengan preferensi pemilih Aceh condong kepada Anies masuk dalam lingkup kosmologi-antropologi masyarakat Aceh yang senang pada hal-hal berbau Arab. Kakek Anies Baswedan adalah pendiri Partai Arab Indonesia (PAI) pada 1934 dan menjadi perintis kemerdekaan Indonesia.

Kedua, Muatan Nilai Agamais. Kehadiran Muhaimin Iskandar, yang merupakan warga NU, sebagai wakil Anies menambah daya elektabilitas bagi Anies dalam mendulang simpati warga Aceh.

Ketiga, minimnya sosok Penyeimbang. Bagi warga Aceh, belum ada sosok lain yang mampu menandingi popularitas Anies Baswedan di Aceh, sehingga Prabowo-Gibran sulit bersaing di wilayah tersebut. Bahkan hal ini juga disadari oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran. TKN mengakui bahwa mereka akan sulit menang di wilayah Aceh khususnya disamping sumatera barat.

Keempat, rekam Catatan Pelanggaran HAM. Catatan pelanggaran HAM yang melekat pada Prabowo juga menjadi pertimbangan serius bagi masyarakat Aceh untuk tidak memilihnya. Sosok Prabowo yang memiliki kedekatan dengan orde baru tersebut dinilai belum mampu menciptakan perubahan yang di inginkan masyarakat Aceh. Rakyat Aceh menilai sosok perubahan ada pada rivalnya, Anies Rasyid Baswedan.

Dengan faktor-faktor ini, Prabowo mengalami kekalahan yang cukup signifikan di Aceh pada Pilpres 2024.

Perjalanan eksklusif Prabowo dalam Pilpres 2024 telah memberikan catatan yang menarik terutama dalam dinamika politik di daerah-daerah tertentu seperti Provinsi Aceh. Dengan demikian, meskipun Prabowo telah menunjukkan performa yang kuat di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di pemilu sebelumnya, namun dinamika politik yang berkembang, terutama di daerah-daerah khusus seperti Aceh, dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap hasil akhir sebuah pemilihan. Ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman mendalam terhadap dinamika lokal dalam merumuskan strategi politik yang efektif.

Penulis: Aryos Nivada Dosen FISIP Universitas Syiah Kuala dan Pendiri Jaringan Survei Inisiatif

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI