Membaca Lanskap Suara Partai: Pemilu 2014 dan 2019, serta Prospek di Pemilu 2024
Font: Ukuran: - +
Reporter : Biyu
Ilustrasi Pemilu. Foto: Merdeka.com
DIALEKSIS.COM | Nasional - Tim Dialeksis.com telah melakukan penelusuran data suara partai politik dari dua periode pemilihan umum, yakni Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Analisis mendalam atas data tersebut mengungkapkan pergeseran signifikan dalam preferensi pemilih terhadap partai politik selama lima tahun terakhir.
Dari bacaan data dua kali Pemilu menunjukan pertumbuhan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mempertahankan dominasinya sebagai partai dengan suara terbanyak dalam dua pemilu berturut-turut. Pada Pemilu 2019, PDIP mencatat peningkatan suara yang substansial dari 23.681.471 suara pada Pemilu 2014 menjadi 27.053.961 suara. Kepercayaan yang konsisten dari pemilih terhadap visi dan misi PDIP, serta kemampuan partai untuk mempertahankan basis dukungan, menjadi faktor penting dalam pertumbuhan tersebut.
Namun dari data itu ditemukan menghadirkan tantangan bagi partai Golkar dan Gerindra. Meskipun masih menjadi kekuatan politik yang signifikan, Golkar dan Gerindra mengalami penurunan suara pada Pemilu 2019 dibandingkan dengan Pemilu 2014. Golkar mencatat penurunan sekitar 1,25%, sedangkan Gerindra turun sekitar 0,76%. Perubahan ini mengisyaratkan adanya pergeseran preferensi pemilih atau mungkin akibat perubahan dalam agenda politik kedua partai tersebut.
Sedangkan khusus untuk dua partai PKB dan NasDem terjadi perubahan signifikan dari dua kali ikutserta di Pemilu 2014 dan 2019. Data menunjukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem) mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam jumlah suara pada Pemilu 2019. PKB meningkatkan suaranya dari 11.298.957 suara menjadi 13.570.097 suara, sementara NasDem juga mencatat kenaikan yang cukup besar dari 8.402.812 suara menjadi 12.661.792 suara. Hal ini menunjukkan bahwa kedua partai tersebut berhasil meraih kepercayaan pemilih melalui platform dan agenda politik yang mereka tawarkan.
Bagi beberapa partai lain memiliki tantangan besar seperti Partai Demokrat, PAN, dan PPP juga mengalami penurunan suara pada Pemilu 2019. Penurunan ini menandakan adanya tantangan bagi partai-partai tersebut untuk memperbaiki citra dan agenda politik mereka guna memperoleh dukungan yang lebih luas dari pemilih.
Lantas bagaimana prospek partai di Pemilu 2024, pembaca Dialeksis pasti bertanya hal tersebut. Jika merujuk dari perhitungan cepat yang dilakukan oleh Litbang Kompas dan Voxpol menunjukkan prospek yang beragam bagi partai politik di Pemilu 2024. Meskipun belum hasil resmi, data sementara menunjukkan bahwa hanya delapan partai politik yang kemungkinan besar akan memperoleh kursi di parlemen. Partai-partai seperti PDIP, Gerindra, dan Golkar mempertahankan posisi dominan, sementara partai lainnya seperti PKB, PKS, dan NasDem tetap menjadi pemain yang signifikan dalam kancah politik.
Kesimpulan tim Dialeksis mencermati data hasil Pemilu 2014 dan 2019 menggambarkan dinamika politik yang kompleks di Indonesia. Perubahan preferensi pemilih yang signifikan menunjukkan pentingnya bagi partai politik untuk terus beradaptasi dengan perubahan politik dan sosial guna memenangkan dukungan dalam konteks politik yang terus berkembang. Dengan berbagai tantangan dan prospek yang ada, partai-partai politik harus memperkuat koneksi mereka dengan pemilih serta terus mengembangkan agenda politik yang relevan untuk meraih keberhasilan di masa mendatang.