kip lhok
Beranda / Advertorial / Cara Menjaga Tradisi dengan Mencintai Alat Musik Tradisional Serune Kalee

Cara Menjaga Tradisi dengan Mencintai Alat Musik Tradisional Serune Kalee

Senin, 22 Agustus 2022 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora
Peserta sedang mengikuti Pelatihan seni tradisi Aceh 2022 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Sabtu (20/8/2022) di Banda Aceh. [Foto: for Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Provinsi Aceh memiliki beberapa alat musik tradisional, salah satunya Serune Kalee. Serune Kalee merupakan jenis alat musik tiup yang telah lama berkembang dan digunakan oleh masyarakat Aceh. 

Nama Serune Kalee berasal dari istilah 'serune' yang berarti alat musik tradisional Aceh, serta 'kalee' yang merujuk pada daerah Kale di kabupaten Aceh Besar. Keunikan alat musik tradisional ini membuatnya masuk ke dalam salah satu warisan budaya tak benda dari Provinsi Aceh.

Pegiat Musik Tradisi Aceh khususnya Serune Kalee, Rudi Asman mengatakan cara menjaga tradisi alat musik tradisional ini dimulai dari kelurga, lingkungan sekolah, sampai kepada pemerintahan.

Pelatih alat musik serune kalee. [Foto: Nora/Dialeksis]

"Jangan pikir seni itu tidak ada peluang, tapi seni itu dapat membantu memicu kreatifitas anak jadi selebihnya dia bisa menyerap yang lain," kata Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu. 

Menurutnya, anak saat ini lebih diajarkan untuk menghafal, tidak diajarkan untuk bisa memecahkan masalah sendiri. Namun, dengan seni ini dapat mengolah otak konatifnya bukan kognitif saja dan motoriknya bagus. 

Konatif bermakna perilaku, terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.

"Jadi jangan dianggap anak itu hanya untuk les, karena nanti mereka akan jenuh. Jadi anak itu harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan ekspresinya, nanti dia bisa berkembang mau kemana," ujarnya saat diwawancarai Dialeksis.com pada pelatihan seni tradisi Aceh 2022 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Sabtu (20/8/2022) di Banda Aceh. 

Rudi mengatakan, saat ini sudah ada konsep integrasi antara Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Jadi seni sudah dijadikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia, yang nantinya akan diarahkan agar tidak bertabrakan dengan kondisi syariat islam di Aceh. 

Menurut Rudi, alat musik Serune Kalee masih tetap eksis hingga kini. Namun, sering kali mereka yang memainkan serune kalee hanya bisa membawakan satu atau dua lagu saja. Kedua, mereka tidak mengetahui siapa tokoh-tokoh pemain serune sebelumnya, dan tidak mengetahui bagaimana nikmatnya bermain serune.  

"Generasinya ada tapi mengambang begitu saja, dengan pelatihan seperti ini lebih intensif dan ada step by step pasti musik tradisional ini akan lebih berkembang," ucapnya. 

Rudi menilai, permainan alat musik serune kalee tidak terlalu sering dimainkan, hanya di event tertentu. Menurut pengalamannya, banyak orang beranggapan jika memanggil pemain serune kalee pasti butuh biaya besar. 

"Jangan dilihat dari mahalnya, padahal dalam proses pembelajaran dan waktu latihan mereka itu bayar. Ini bukan semenit atau 2 menit tapi mereka belajar bertahun-tahun, jadi harus pekerjaan menghargai orang lain," ungkapnya.  

Menurut Rudi, peserta pelatihan seni tradisi ini sangat semangat, khususnya siswa SMA. Apalagi sebelumnya mereka sudah ada pembekalan kelas seni di sekolah. Alangkah lebih baik, pelatihan seperti ini akan terus berlanjut di lain kesempatan.

Peserta sedang mengikuti Pelatihan seni tradisi Aceh 2022 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Sabtu (20/8/2022) di Banda Aceh. [Foto: Nora/Dialeksis]

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal melalui Kepala Bidang Bahasa dan Seni, Nurlaila Hamjah, S.S0s, M.M, mengatakan pelatihan kesenian tradisi ini bertujuan untuk mendorong bakat minat anak-anak sekolah dan pegiat seni yang bergabung di sanggar seni.

Hal itu, kata Nurlaila, agar mereka bisa mempelajari dan mencintai kesenian tradisi Aceh, dan diharapkan mereka mampu mewariskannya dengan baik, apalagi selama pelatihan itu mereka menerima transfer pengetahuan dari narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing.

"Kami berharap mereka bisa mewariskan ilmu itu dengan baik, selanjutnya bisa menjadi penerus bagi warisan seni itu sendiri, kita ajak mereka untuk bisa menjaga seni tradisi Aceh," kata Nurlaila.

Pelatihan Seni Tradisi Aceh 2022 merupakan kegiatan perdana Disbudpar yang berbasis praktik langsung dengan segmen khusus alat musik. Namun, sebelum pandemi Disbudpar Aceh pernah mengadakan pelatihan kesenian secara umum.

"Baru pertama kali ini, kita mengambil pelatihan khusus alat musik itu dan mengundang narasumber kompeten, mahir dan memang berkecimpung di bidang itu dan peserta itu langsung diajak praktik," terangnya.

Lebih lanjutnya, ia mengatakan, dari 3 kelompok seni yang sudah terbentuk diharapkan kedepan bisa membuka kelas yang sama tapi dengan kelas peningkatan kapasitas peserta.

Disbudpar mengajak anak muda agar menjadikan seni tradisi ini sebagai salah satu pengembangan bakat seni di era digitalisasi. Kemudian pihaknya juga mengarahkan anak-anak itu untuk menggali potensi berkesenian.

Selain itu, diharapkan peserta bisa mentransfer pengetahuan mereka kepada rekan-rekan lainnya di sekolah, dan lingkungannya.

"Kami juga ingin membangun kepedulian anak-anak sekolah dan sanggar untuk menyukai seni tradisi Aceh ini," pungkasnya.  

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda