YADUA dan PKK Aceh Ajak Masyarakat Putusi Mata Rantai Penyakit Thalassemia
Font: Ukuran: - +
Reporter : ASYRAF
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aceh berada pada posisi persentase tertinggi prevalensi Thalassemia Minor di Indonesia dengan angka mencapai 13,4 persen. Data yang dikeluarkan oleh Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2007 ini mengungkapkan bahwa masih banyak penduduk Aceh belum memahami bagaimana seseorang dapat menderita penyakit thalassemia.
Direktur Eksekutif Yayasan Darah Untuk Aceh Padahal (YADUA), Nurjannah Husien mengatakan, penyakit kelainan darah yang merupakan penyakit turunan dari kedua orang tua penyintas thalassemia ini dapat dicegah bersama.
“Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang belum ada obatnya, dan para penyintas thalassemia sangat tergantung dari darah para pendonor darah. Karena ini adalah penyakit yang diturunkan oleh kedua orang tua si anak, maka perlu dilakukan screening pada calon orang tua sebelum menikah, apakah mereka berpotensi melahirkan anak dengan thalassemia mayor atau tidak,” jelas Nurjannah Husien di Banda Aceh, Jumat (7/5/2021).
Lebih lanjut, Nurjannah mengatakan, tingginya persentase prevalensi carrier (pembawa) thalassemia di Aceh menyebabkan kemungkinan terjadinya pernikahan antara sesama pembawa sifat thalassemia.
Ia mengatakan, pernikahan antar kerabat yang memiliki riwayat thalassemia juga berpotensi melahirkan thalassemia.
“Para penyintas thalassemia di Aceh umumnya berasal dari keluarga kurang mampu. Hal ini menambah kesulitan para pasien. Persoalan bertambah lagi jika dana tambahan diperlukan untuk ongkos dan biaya makan pendamping selama melakukan transfusi di rumah sakit setiap bulannya,” tutur Nurjannah.
Selama ini, kata Nurjannah, biaya pengobatan pasien thalassemia ditanggung oleh pemerintah dalam hal ini BPJS Kesehatan, antara 11 “ 25 juta rupiah per bulan per pasien. Jika satu pasien menghabiskan biaya antara 300 “ 400 juta rupiah per tahun, maka penambahan satu orang pasien saja setiap bulan akan menambah biaya pengobatan secara signifikan.
Ketua PKK Provinsi Aceh, Dr Ir Dyah Erti Idawati, MT, menambahkan PKK merupakan lembaga keluarga dari akar rumput, di mana kesejahteraan keluarga bermula. Karena itu menurutnya, seluruh keluarga di Aceh dapat bersama-sama mencegah bertambahnya jumlah penyintas thalassemia di Aceh dengan cara melakukan screening sebelum menikah.
Lebih lanjut, Dyah mengatakan, hal tersebut harus menjadi perhatian agar tidak lahir lagi anak-anak dengan penyakit thalassemia, sehingga anak-anak Aceh di masa mendatang lahir dalam keadaan sehat. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dari seluruh pihak dan lembaga di Aceh, agar jumlah penyintas thalassemia tidak lagi bertambah. Salah satu kerjasama itu dapat diwujudkan dengan aksi donor darah demi terpenuhinya kebutuhan darah para penyintas thalassemia.
Tanggal 8 Mei merupakan peringatan Hari Thalassemia Dunia. Peringatan yang dilakukan setiap tahun ini, dipusatkan di Cyprus. Pada tahun ini, peringatan Hari Thalassemia pada tahun ini mengambil tema: Mengatasi Kesenjangan Kesehatan di Komunitas Thalassemia. Peringatan Hari Thalassemia Dunia tahun ini diharapkan dapat menjadi tonggak bagi seluruh pihak di Aceh, guna mengatasi kesenjangan kesehatan para penyintas thalassemia di Aceh.
Sementara itu, data yang dihimpun YADUA menyebutkan ada lebih dari 750 penyintas thalassemia melakukan transfusi di rumah sakit yang tersebar di seluruh Aceh. Data 2018 merilis ada sekitar 550 pasien yang rutin melakukan transfusi di Rumah Sakit dr Zainal Abidin Banda Aceh, dan lebih 50 persen penderita thalassemia adalah usia anak.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, tidak mudah bagi para penyintas thalassemia untuk melakukan transfusi darah di rumah sakit, selain karena stok darah yang menipis juga karena mereka adalah kelompok rentan dengan imun yang rendah.
Thalassemia adalah salah satu kelainan darah dimana keadaan sel darah merah/HB di bawah normal dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara genetik yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Provinsi Aceh adalah provinsi dengan prevalensi Carrier Thalassemia tertinggi di Indonesia.
Yayasan Darah untuk Aceh (YADUA)
Yayasan Darah Untuk Aceh yang mendukung para penyintas Thalassemia memiliki tagline “Humanity: beyond Social Border“ berkomitmen untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan darah untuk penyandang Thalassemia Aceh dengan mengundang semua masyarakat untuk menjadi anggota sukarela dan siap mendonorkan darah serta mengampanyekan pentingnya donor darah untuk kesehatan pendonor maupun keselamatan bagi penerima transfusi darah.
Thalassemia adalah salah satu kelainan darah dimana keadaan sel darah merah/HB dibawah normal dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara genetik yang paling banyak dijumpai di indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Provinsi Aceh adalah provinsi dengan prevalensi Carrier Thalassemia tertinggi di Indonesia.