Wabah Virus Corona, Survey TDMRC: Masih Banyak Masyarakat di Warung Kopi Daripada di Rumah
Font: Ukuran: - +
Rina Suryani Oktari, M.Si Peneliti TDMRC
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pusat Riset Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala menyebutkan, masih banyak masyarakat Aceh berkeliaran di luar rumah pada saat kondisi Aceh darurat bencana virus corona.
Hal tersebut terungkap dalam hasil survey yang dilakukan TDRMRC baru-baru ini. Dari 4.628 responden yang diwawancara 94 persen respon masih banyak menghabiskan waktu di luar rumah selama 3 jam.
“Masih banyak warga yang menghabiskan waktunya di tempat yang berpotensi menggagalkan social/physical distancing, seperti warung kopi dan resepsi pernikahan,” ujar Ketua TDMRC Unsyiah, Khairul Munadi, Kamis (26/3/2020).
Survey ini dilakukan dengan metode sampling incidental (nonprobability sampling) melalui media online yang dimulai dari 22-24 Maret 2020 dengan menggunakan Google Form.
Survey ini dikerjakan oleh Tim TDMRC yang melibatkan Prof. Khairul Munadi sebagai Ketua Tim, Dr. Syamsidik, dan Rina Suryani Oktari, M.Si.
Menurut Rina Suryani Oktari, M.Si anggota Tim Survey TDMRC mengatakan, respon yang lebih memilih ke warung kopi karena masih banyak tersebar informasi yang tidak valid terkait wabah virus corona, informasi itu tersebar luar di media soal, sementara pernyataan resmi pemerintah yang menjelaskan penanganan dan pencegahan corona masih sangat kurang.
“Banyaknya informasi yang simpang siur, tidak jelas, informasi tersebar begitu luas di medsos, namun Pemerintah pemberi info resmi malah lebih banyak diam. Harusnya menjelaskan lebih banyak dan tegas perihal covid-19, ini hasil survey kami,” jelas Rina Suryani Oktari kepada Dialeksi.com.
Masih banyak masyarakat yang masih banyak beraktivitas di luar rumah ini sangat mengkhawatirkan, sebab dapat meningkatkan risiko tercemar virus corona atau covid-19.
“Ini harus menjadi perhatian bersama, terutama bagi pengambil kebijakan di Aceh. Bahkan, tim peneliti merekomendasikan agar warung kopi dan resepsi pernikahan diawasi lebih ketat. Masjid juga menjadi tempat yang signifikan dikunjungi oleh para responden. Ini perlu menjadi catatan agar dilakukan penyesuaian dan perbaikan sarana masjid agar dapat membantu memutus rantai penularan virus,” tambah Rina Suryani Oktari.
“Jika pilihan lockdown tidak dilaksanakan, kesuksesan menghambat penularan virus covid-19 sangat tergantung dari ketatnya penerapan social/physical distancing,” kata Rina Suryani Oktari,.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, berharap hasil survey TDMRC ini bisa menjadi rujukan Pemerintah Aceh untuk mengambil kebijakan dalam menangani virus corona. Universitas Syiah Kuala bersedia membantu pemerintah untuk menangani virus yang semakin menyebar luas ini. Terlebih lagi Unsyiah telah mendirikan Satuan Tugas COVID-19.
“Masyarakat dapat mengakses informasi akurat tentang virus corona dan hasil-hasil kajian Unsyiah melalui http://covid19.unsyiah.ac.id/. Ini langkah Unsyiah agar masyarakat teredukasi dengan baik dan tidak termakan hoax,” ujar Prof. Samsul.
“Mari menahan diri. Untuk sementara waktu, kita berada di rumah masing-masing. Bahaya nyata sudah di depan mata. Kita harus berusaha sekuat tenaga dan berdoa agar masyarakat Aceh tidak menjadi korban sia-sia dari pandemi ini. Semoga kita belajar banyak dari situasi di Italia,” pesan Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (ZU)