Volume Transaksi QRIS di Provinsi Aceh Sudah Mencapai 3,8 Juta
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zulkarnaini
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bank Indonesia (BI) mencatat volume transaksi digital yang menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Provinsi Aceh telah mencapai angka sekitar 3,8 juta transaksi hingga Juli 2023.
Hal ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam penggunaan teknologi pembayaran digital di wilayah ini.
Meskipun pencapaian ini sangat positif, BI menargetkan untuk tahun ini 5 juta transaksi menggunakan QRIS di Provinsi Aceh. Hal ini menunjukkan tekad BI untuk terus mendorong adopsi teknologi pembayaran digital di seluruh wilayah, termasuk di daerah-daerah yang lebih terpencil seperti Aceh.
“Penggunanya paling dominan dari sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah),” kata Kepala Tim Implementasi Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh Irwan Efendi di Banda Aceh, Minggu (20/8/2023).
Hal tersebut disampaikan Irwan di sela-sela acara 'Pekan QRIS Nasional 2023' yang bertujuan untuk sosialisasi kepada masyarakat terkait penerapan sistem pembayaran yang sebelumnya secara tunai agar bisa beralih secara perlahan ke nontunai atau digitalisasi.
Ia menjelaskan, ke depan masyarakat akan hidup di kota-kota yang menerapkan "smart city" sehingga semua hal akan mengedepankan digitalisasi agar lebih mudah dan efisien, termasuk meminimalkan penggunaan fisik uang.
“Tentu (penggunaan QRIS) ujungnya nanti hasilnya akan ada transparansi, akuntabilitas baik bagi pedagang maupun masyarakat,” ujarnya.
Secara nasional, menurut dia, Bank Indonesia menargetkan 45 juta pengguna baru dengan volume satu miliar transaksi QRIS pada 2023. Untuk provinsi Aceh, BI menargetkan 275 ribu pengguna baru dan lima juta layanan transaksi.
Untuk mewujudkannya, BI terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengusulkan agar semua UMKM wajib melakukan sistem pembayaran menggunakan layanan QRIS.
Tak hanya sektor UMKM, penggunaan layanan transaksi nontunai QRIS atau sistem pembayaran secara digital juga akan merambah ke sektor retribusi dan pajak.
“Seperti masuk Pelabuhan Ulee Lheu sudah memakai digitalisasi, e-money, termasuk parkiran. Jadi semakin kita 'cashless' ya, jadi tidak memegang uang tunai lagi, tapi semua jadi digital,” ujarnya.