Unsyiah gelar Diskusi perkembangan ekonomi dan pembangunan Aceh
Font: Ukuran: - +
Dialeksis.com, Banda Aceh - Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menggelar acara diskusi tentang perkembangan ekonomi dan pembangunan Aceh dengan mengundang pakar di bidang ekonomi Aceh di Balai Senat Lantai 2 Gedung Kantor Pusat Administrasi Biro Rektor Unsyiah, Rabu (21/2/2018).
Kegiatan yang mengundang segenap civitas akademika Unsyiah, dalam acara tersebut hadir Arifin Lubis, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh diikuti para Wakil Rektor, Dekan, Ketua Lembaga, Kepala Biro, hingga para mahasiswa.Dalam acara diskusi tersebut, Arifin Lubis prospek pengembangan ekonomi Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya.
"secara umum pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2017 sebesar 4,19% (year on year) mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya 3,30 % (year on year). namun masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional" ujar arifin.Lebih lanjut arifin juga menjelaskan bahwa 55 persen ekonomi Aceh ditopang oleh 3 sektor utama " yaitu pertanian, perdagangan dan administrasi pemerintahan menjadi tumpuan perekonomian provinsi Aceh sepanjang tahun 2017" papar arifin.
Disisi lain meski mengalami pertumbuhan ekonomi, Aceh juga mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2017 diantara provinsi lain di sumatera"Tahun 2017 Aceh mengalami inflasi sebesar 4,25 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi sumatera sebesar 3,3p persen dan nasional sebesar 3,61 persen. inflasi terjadi ekses kenaikan harga terutama pada komoditas Volatile Food atau Inflasi Komponen Bergejolak " sebut arifin.
Untuk diketahui, Inflasi Komponen Bergejolak ini adalah Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.Sementara untuk nasional, Arifin memaparkan prospek Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh membaik sebesar 5.07 "Industri yang memberikam kontribusi pertumbuhan ekonomi nasional ada tiga, yaitu pengolahan ,konstruksi dan perdagangan. Industri pengolahan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 0,91 persen, di ikuti sektor kontruksi sebesar 0,67 persen dan perdagangan sebesar 0,59 persen" tegasnya.
Narasumber lainnya, Aryos Nivada, Dosen FISIP Unsyiah mengatakan bahwa permasalahan utama lambannya pembangunan ekonomi di Aceh ekses minimnya komitmen dari setiap stakeholder , khususnya elite politik, untuk senasib sepenanggungan dalam memajukan Aceh."Mirisnya lagi, kondisi di Aceh diperparah tidak adanya keseriusan elit politik mengurusi pembangunan dan kesejahteraan Aceh.Terlalu dominannya kepentingan elit politik daripada memberikan pelayanan publik bagi masyarakat Aceh turut menyumbang kemelut kemiskinan Aceh yang belum tuntas" tandasnya. (ris)