Beranda / Berita / Aceh / Tolak Praktik Syirik, MPU Sebut Aceh Tidak Perlu Pawang Hujan

Tolak Praktik Syirik, MPU Sebut Aceh Tidak Perlu Pawang Hujan

Rabu, 28 Agustus 2024 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc, MA. Foto: dok pribadi


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc, MA ikut merespons terkait penggunaan pawang hujan untuk mengamankan hujan menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XII Aceh - Sumut 2024 di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya, Banda Aceh, Selasa (27/8/2024).

Lokasi tersebut pada 9 September 2024 akan digunakan sebagai tempat opening seremoni PON XII Aceh - Sumut 2024.

Praktik penggunaan pawang hujan itu, kata Tgk Umar, pasti menjadi perdebatan dalam masyarakat karena dianggap bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam. 

“Siapa yang memberikan izin kepada pawang itu? Apakah Pemerintah Aceh tahu akan hal ini? Kalau tahu, mengapa tidak dilarang? Atau pawang itu kiriman pemerintah pusat? Jika benar, maaf ya, Aceh tidak perlu pawang hujan,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Dialeksis.com, Rabu (28/8/2024). 

Ia menambahkan, umat Islam di Aceh masih percaya pada Malaikat Mikail untuk mengatur rezeki, termasuk hujan. Ini adalah pelecehan bagi Aceh.

Tgk Umar menjelaskan, mempercayai atau mengandalkan pawang hujan untuk mempengaruhi cuaca adalah bentuk penyekutuan terhadap kekuasaan Allah, yang dikenal sebagai syirik. 

Syirik adalah pelanggaran serius dalam agama Islam karena menganggap adanya kekuatan lain yang dapat mempengaruhi takdir dan kehendak Allah. 

Lebih lanjut, Tgk Umar Rafsanjani mengatakan, dalam ajaran Islam, diajarkan untuk bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal. 

“Kita harus yakin bahwa Allah-lah yang mengatur dan menentukan segala sesuatu, termasuk hujan yang sangat penting bagi kehidupan kita,” tuturnya. 

Ketika menghadapi masalah atau kebutuhan, kata dia, seharusnya memohon kepada Allah dan berdoa agar diberikan solusi terbaik sesuai kehendak-Nya.

Untuk itu, ia mengajak agar semua pihak menegakkan keyakinan kepada Allah dan menjauhi praktik yang dapat mengarah pada syirik. Ia menegaskan pentingnya menjaga keimanan dan hanya bergantung pada kekuasaan Allah dalam setiap aspek kehidupan. 

"Apalagi di Aceh ada regulasi Syari'at Islam. Dengan memahami dan mempraktikkan ajaran Islam secara benar, kita dapat memastikan bahwa tradisi dan budaya yang kita lestarikan di Aceh tetap sejalan dengan keyakinan agama kita,” pungkasnya. 

“Semoga kita semua diberikan petunjuk dan kekuatan untuk senantiasa mengikuti jalan yang benar sesuai ajaran Islam, dan semoga Allah mengampuni kita semua,” tutupnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda