Toet Budee Trieng, Budayawan Aceh: Lokasi Pelaksanaannya Harus Disesuaikan
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Budayawan Aceh, Tarmizi. [Foto: For Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tradisi Toet Budee Trieng yang sudah berlangsung sejak masa kesultanan menjadi sebuah ciri khas di Aceh tersendiri. Toet Budee Trieng ini selalu di gelar di Pidie, dan selalu ramai dihadiri banyak wisatawan lokal dan luar daerah.
Budayawan Aceh, Tarmizi menjelaskan, Toet Budee Trieng dilakukan untuk menyambut Idul Fitri 1443 H. “Tradisi ini walaupun sudah lama sekali berlangsung, namun masih tetap eksis. Terutama di Pidie,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Sabtu (7/5/2022).
Menurutnya, Tradisi Toet Budee Trieng ini sudah salah dipergunakan dan salah tempat pelaksanaannya. “Seharusnya pelaksanaan kegiatan itu harus dilakukan jauh dari pemukiman penduduk,” ujarnya.
Kemudian, Dia juga menyayangkan penggunaan Toet Budee Trieng tersebut sudah salah juga penggunaannya karena sudah menggunakan Carbit.
“Jika hanya menggunakan Trieng (Bambu) itu tidak menjadi masalah dan jauh dari lokasi penduduk. Suara dari Budee Trieng tersebut juga sebenarnya sudah cukup meresahkan juga (Budee yang Menggunakan carbit_Red) karena ada rumah yang sampai retak dari suara tersebut,” jelasnya.
Lanjutnya, kata Tarmizi, juga harus diperhatikan warga setempat, mungkin sudah ada yang sakit-sakit, sudah berumur, jika mendengar suara Budee yang besar seperti itu juga bisa sangat meresahkan juga.
“Satu sisi kita harus menjaga kelestarian dari Tradisi itu, satu sisi kita juga harus melihat dan memperhatikan kenyamanan warga setempat,” tukasnya.
Sebelumnya, Tarmizi sudah pernah menyampaikan pada Abu Syik (Bupati Pidie) perihal agar perayaan Toet Budee Trieng bisa dilaksanakan di ditempat yang jauh dari pemukiman warga agar tidak mengganggu kenyamanan warga setempat.
“Tradisi ini harus dilestarikan dan harus dijaga, namun juga harus memperhatikan perayaan tersebut dimana demi kenyamanan bersama,” pungkasnya. [ftr]