Tim PUSLIT Arkeologi Aceh Teliti Peninggalan Jepang
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Aceh - Tim Pusat Penelitian (PUSLIT) Arkeologi Aceh meneliti sebaran jejak arkeologis Perang Dunia (PD) II di Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar yang dibangun oleh Jepang antara tahun 1942-1944.
Penindaklanjuti peninggalan sejarah itu, Kepala PUSLIT Arkeologi Aceh, Drs. Nasaruddin, M.Hum menyampaikan penelitian ini terjadi atas kerjasama antara Pusat Penelitian (PUSLIT) Arkeologi Aceh dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh sebagai bentuk kemitraan antara kedua lembaga.
"Pihak BPK Wilayah I memberikan dana kemitraan kepada Pusat Penelitian (PUSLIT) Arkeologi Aceh yang sebelumnya mengajukan proposal. Dari proposal tersebut, Piet Rusdi S.Sos selaku Kepala Balai, memberikan dana bantuan kemitraan", ujarnya.
Lebih lanjut Nasaruddin menjelaskan, kegiatan penelitian Pusat Penelitian (PUSLIT) Arkeologi Aceh dengan fokus memetakan keletakan tinggalan arkeologis jejak Perang Dunia II yang dibangun oleh Jepang dilakukan dengan cara survei lapangan. Kegiatan survei meliputi observasi lingkungan, observasi fisik arkeologis, pemotretan, penggambaran dan pencatatan ancaman yang dihadapi saat ini serta kedepannya.
"Sebelum melakukan kegiatan, pihak Pusat Penelitian (PUSLIT) Arkeologi Aceh sudah melakukan koordinasi dengan Gechik Gampong Durung dan Gampong Ladong," terangnya.
Keterangan lain disampaikan, Deddy Satria, SS selaku arkeolog dan pemimpin riset dari Pusat Penelitian (PUSLIT) Arkeologi Aceh menyampaikan, bahwa kajian arkeologis ini masih bersifat deskriptif dan hasilnya akan dikomunikasikan dengan para pihak yang berkepentingan agar warisan budaya era Perang Dunia (PD) II apa dapat dilestarikan dalam bentuk pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat.
Ia menambahkan, penelitian arkeologi ini akan berguna jika berdaya guna bagi kesejahteraan masyarakat khususnya bagi Gampong Durung dan Gampong Ladong. Hasil penelitian beserta rekomendasinya akan kami komunikasikan kepada pihak Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I dan juga pemimpin di Gampong Ladong serta Durung.
"Semoga penelitian ini bisa menginspirasi pemanfaatan warisan budaya arkeologi peninggalan perang dunia kedua untuk bersama-sama dikembangkan dengan wisata pantai, wisata mancing." tutupnya.