Beranda / Berita / Aceh / Teken Kerjasama dengan AJAR, Dekan FISIP USK: Mahasiswa Belajar Perdamaian di Berbagai Wilayah

Teken Kerjasama dengan AJAR, Dekan FISIP USK: Mahasiswa Belajar Perdamaian di Berbagai Wilayah

Selasa, 19 September 2023 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Aceh - Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syiah Kuala (FISIP USK) dan Prodi Sosiologi melakukan penandatanganan kerja sama dengan Asia Justice and Right (AJAR). 

Penandatangan tersebut dilakukan oleh Dekan FISIP, Dr. Mahdi Syahbandir, SH., M.Hum, Ketua Prodi Sosiologi Yuva Ayuning Anjar, M. A dengan pihak AJAR yang diwakili oleh Indria Fernida SH. M.Phil selaku Regional Manager Program AJAR, Selasa (19/9/2023).

AJAR merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang perdamaian, keadilan transisi dan rekonsiliasi di Asia. Lembaga ini tersebar di beberapa wilayah negara seperti Indonesia, Timor Leste Hingga Myanmar.

Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah yang baik pelaksanaan proses pembelajaran mengenai konflik dan perdamaian di masa depan.

“Semoga nantinya ada mahasiswa kita yang melakukan magang ke AJAR, sehingga memperoleh pengetahuan lebih mengenai perdamaian yang terjadi di berbagai wilayah,” papar Dekan FISIP USK.

Kerja sama tersebut langsung dilanjutkan dengan kegiatan kuliah umum sebagai salah satu bentuk implementasi kerja sama. Acara dimulai dengan pemutaran film Nina and The Stolen Children, yang menceritakan tentang penculikan anak-anak Timor Leste pada masa konflik. Anak-anak dipisahkan dari keluarganya selama bertahun-tahun, bahkan hingga saat ini masih banyak anak-anak yang belum bertemu dengan keluarga aslinya. 

Film tersebut menggambarkan dinamika konflik serta rekonsiliasi yang dilakukan AJAR pasca konflik di Timor Leste. Acara dilanjutkan dengan diskusi yang mengusung tema “Mewujudkan Perdamaian Berkelanjutan Melalui Rekonsiliasi Komunitas: Belajar dari Timor Leste” yang diisi oleh Direktur AJAR Timor Leste, Jose Luis de Oliveira.

Dalam paparannya, Ia menceritakan sejarah konflik dan perdamaian yang terjadi di Timor Leste hingga saat ini, tahun 2023. 

“Kerja untuk perdamaian tidak semata-mata melalui berunding, pertemuan dan rekonsiliasi, namun dimulai dari keluarga hingga ruang publik dan pengembangan kurikulum di pendidikan," ucap Jose Luis de Oliveira.

Aceh dan Timor Leste mempunyai sejarah yang serupa dalam menghadapi konflik. Meskipun sudah sama-sama memperoleh perdamaian, keduanya tetap berusaha mendapatkan kondisi yang terbaik pasca konflik untuk kehidupan yang lebih baik.

Jose mengingatkan bahwa meskipun sudah damai bukan berarti selesai, tapi harus terus dijaga. 

"Apa yang terjadi di Ukraina dan Rusia membuka mata kita agar perdamaian terus diusahakan,” pungkasnya. [*]  

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI