Beranda / Berita / Aceh / Tak Ada Istilah Mundur untuk Perjuangkan Implementasi UUPA

Tak Ada Istilah Mundur untuk Perjuangkan Implementasi UUPA

Jum`at, 08 Februari 2019 14:14 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Salah seorang caleg Partai Aceh (PA), Cut Meutia, menegaskan, bagi partai lokal ini, perjuangan untuk implementasi UUPA dan MoU Helsinki adalah kewajiban.

"Bila terlihat melemah di spanduk atau medsos, itu hanya soal strategi kampanye saja," ucap Cut Meutia kepada media, Rabu (06/02).

Caleg DPRA Dapil 5 ini mengaku tetap mengangkat isu kekhususan Aceh. Dalam setiap pertemuan ia fokus di isu ini. "PA memang seunambong perjuangan, ini prinsip sekali buat saya. Makanya saya tak tergiur pindah partai dengan alasan apapun," tegasnya. 

Soal bahwa sudah dua pemilu isu itu menjadi pokok, menurut mantan Juru Runding GAM dari unsur perempuan ini, hal itu memang seharusnya. "Namanya aja perjuangan, mana ada serta merta, prosesnya panjang dan berliku," jelas Cut Meutia. 

Cut Meutia mengaku selalu memberi pemahaman bahwa semangat kekhususan Aceh harus terus digelorakan dan diperjuangkan, tidak ada istilah mundur. "Para pejuang pendahulu telah sampai di titik ini, kenapa pula kita harus minder? 30 tahun berperang baru perdamaian sampai di titik ini," ujar mantan aktivis ini.

Menurut sarjana hukum lulusan Unsyiah ini, Mualem dan para pimpinan partai lain tetap terus menggelorakan semangat ini di setiap kesempatan. Masalahnya hari ini, kata Cut Meutia, tidak ada media yang tertarik menulis tentang kerja-kerja caleg di lapangan. Sehingga apa yang dilakukan caleg dan isu apa yang dijual kepada masyarakat tidak ada yang terekspose. Dia menilai media lebih tertarik memublikasikan kampanye capres/cawapres.

"Bagi saya isu capres di Aceh telah merusak nasionalisme keacehan itu sendiri. Kita merasa sudah sangat Indonesia, sehingga lebih giat mengusung capres daripada DPRA dan DPRK," kritiknya.

"Saya pernah bertanya kepada teman salah satu media, bagaimana kalau caleg mau menulis pernyataan sikapnya? Beliau langsung mengatakan "kami media tidak boleh memuat siaran pers caleg atau capres atau personal," kata Cut Meutia.

Padahal, kata Cut Meutia, saban hari media juga menulis tentang capres.

"Intinya perjuangan kekhususan Aceh harus menjadi tekad semua komponen. Sebab hasilnya juga tidak dinikmati satu atau beberapa golongan saja," tegas Cut Meutia. (rel)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda