kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Suka Duka Pernikahan dalam Jarak, Begini Tips Merawat LDM Agar Tak Buyar

Suka Duka Pernikahan dalam Jarak, Begini Tips Merawat LDM Agar Tak Buyar

Rabu, 16 Maret 2022 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Jika sebelumnya kita sudah tidak asing dengan istilah Long Distance Relationship (LDR) atau pacaran jarak jauh, ternyata ada yang lebih dari itu. Yup, pernikahan jarak jauh atau sering disebut juga dengan Long Distance Marriage (LDM).

Kehidupan rumah tangga pasca menikah sering digambarkan hidup bersama di bawah satu atap rumah yang sama. Namun bagaimana bila kondisi harus memisahkan dua pasangan yang sedang memadu kasih itu. Katakanlah misalnya karena pekerjaan atau karena melanjutkan study di luar kota. 

Lantas, apakah kita sanggup menjalaninya, atau pernikahan dalam jarak justru membangkitkan konflik-konflik yang menyiksa batin para pasangan. 

Kali ini, Long Distance Marriage (LDM) menjadi bahasan para psikolog dari Psikodista Konsultan Banda Aceh. Terkhusus para pasangan yang memang lagi berada pada fase ini sangat disarankan untuk membaca tulisan ini sampai habis, karena para psikolog itu juga membagikan tips and trick agar hubungan LDM tetap awet dan harmonis.

Tidak terkecuali juga bagi muda-mudi yang saat ini lagi berada pada fase pra-nikah. Meski impact (dampak) LDM belum dirasakan, tapi sebagai pengingat tulisan ini cocok untuk kalian. Bagi kalian-kalian yang masih jomblo, atau belum pernah merasakan yang namanya sleep call, sebagai ilmu tambahan, tidak ada salahnya untuk menyimak.

Menikah adalah chapter tertinggi dalam sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan. Tentunya butuh effort lebih dalam upaya membina keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. 

Secara garis besar, LDM dibagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah tipe penyesuaian, yaitu tipe LDM yang sering dialami oleh pasangan suami istri (pasutri) yang usia pernikahannya tidak terpaut terlalu jauh. Dalam artian, tipe ini adalah pasangan muda-mudi yang baru menikah atau minimal sudah memiliki anak tapi masih belum menginjak usia remaja.

Tipe LDM selanjutnya adalah tipe established, yaitu pasutri yang sudah menikah dalam rentang waktu yang lama, atau minimal sudah memiliki anak dengan usia remaja. 

Secara emosional, biasanya kedua tipe ini rentan mengalami stres. Misalnya LDM tipe penyesuaian, ketika harus berpisah jarak kadang dari salah satu pasangan akan mengalami kegalauan, kecamuk perasaan, dan lain sebagainya. Bisa dikatakan perasaannya itu masih belum stabil.

Sedangkan tipe established, meski dirasa sudah biasa ditinggal-tinggal karena pekerjaan atau karena kegiatan lain, kadang juga memungkinkan untuk menimbulkan konflik keluarga. Katakanlah misalnya karena konflik finansial, konflik mengurus anak, dan konflik-konflik lainnya.

Secara psikologis, psikolog dari Psikodista Konsultan Banda Aceh Sitti Wahyuni mengatakan, gejolak perasaan yang muncul dari salah satu pasangan biasanya lebih banyak didominasi akibat ditinggal sendirian.

“Memang jika kondisi saat ini sudah didukung dengan alat komunikasi canggih yang memungkinkan seseorang bebas berkomunikasi apa saja. Tetapi, bila ada sesuatu yang kadang ingin dibicarakan para pasangan secara intimate (intim), kendala jarak memang menjadi tantangan tersendiri,” ujar Sitti Wahyuni di IG Live @klinik.psikodista, Rabu (16/3/2022) sore.

Terkadang, dengan menelisik beberapa isu yang berkembang, pernikahan jarak jauh atau LDM ini rentan membawa dampak pada perselingkuhan. Tumbuhnya konflik yang berkepanjangan kadang juga membawa imbas pada rencana perceraian.

Meski begitu, pembaca tak perlu khawatir. Karena di luar sana banyak juga pasangan-pasangan yang sukses menjalani LDM. Bagaimana caranya, nanti akan dikupas tuntas. Namun sebelum itu, kenali dulu faktor-faktor yang menghambat rasa percaya pada pasangan. Karena kepercayaan adalah core sentral dari bagaimana cara mempertahankan hubungan agar harmonis.

Faktor Penghambat Rasa Percaya Pada Pasangan

Pertama, perbedaan persepsi dalam memaknai informasi yang disampaikan oleh suami atau istri. Berbeda pendapat memang wajar, namun bila perbedaan dipersepsikan secara negatif akan membawa pada rasa curiga berlebihan terhadap pasangan. Padahal belum tentu juga apa yang dicurigai sebagai sebuah kebenaran. 

Kedua, susah untuk mau diajak komunikasi. Menunggu balasan pesan dari pasangan memang menyebalkan. Tapi bagi suami atau istri yang baik harus bisa memahami situasi dan kondisi. Bisa saja pasangan kita lagi berada di repot area (lapangan kerja). Jadi, tak ada balasan bukan berarti tak sayang, namun ada hal penting yang mesti dikerjakan terlebih dahulu. Dan ini merupakan bagian-bagian dari tantangan LDM itu sendiri.

Tips Menjalani LDM Secara Sehat

Pertama, keterbukaan. Wujudnya dalam bentuk kesediaan para pasangan dalam berbagi informasi, pendapat, perasaan maupun pengalaman atau kejadian yang sedang terjadi. 

Kedua, saling berbagi. Dalam artian antar para pasangan tidak sungkan menawarkan bantuan meskipun raganya itu tidak hadir bersama kita.

Ketiga, penerimaan. Biasanya berwujud dalam bentuk komunikasi dengan menghargai pendapat pasangan. Bila tantangan dalam LDM adalah jarak, maka tak perlu ditambah lagi dengan saling adu mulut pada hal-hal yang tidak penting.

Keempat, dukungan dalam bentuk kepercayaan terhadap kemampuan pasangan. Misalnya diberi ruang kepada pasangan agar bisa melakukan aktivitas atau pekerjaannya, serta berikan semangat kepadanya bahwa pasangan kita bisa melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan baik.

Kelima, niat bekerja sama. Hal ini termanifestasi dalam wujud harapan dan tindakan untuk saling bekerja sama dalam pemenuhan hak bersama. (Akhyar)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda