Beranda / Berita / Aceh / Sosok Dibalik Sebuah Partai Menjadi Penentu Hati Masyarakat

Sosok Dibalik Sebuah Partai Menjadi Penentu Hati Masyarakat

Selasa, 29 Maret 2022 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Dosen FISIP USK, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Saddam Rafsanjani. [Foto: For Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Lahirnya beberapa partai baru di Aceh merupakan sebuah fenomena menarik ketika menjelang Pemilu tahun 2024 ini.

Dosen FISIP USK, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Saddam Rafsanjani mengatakan, jumlah partai politik itu menentukan yang namanya pentas Demokrasi kita.

 “Ada yang menyebutkan bahwasannya, semakin banyak partai politik disuatu daerah, negara atau wilayah itu memiliki sistem demokrasi yang bagus, ketika sebuah negara mau mengakomodir semua aspirasi katakanlah dengan ‘partai politik’, maka artinya negara tersebut ingin memajukan demokrasi lebih baik, katakanlah dalam hal ini Aceh,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Selasa (29/3/2022).

Kemudian, Dia menyampaikan, selama ini kita ketahui Aceh jika melihat track record dan sejarahnya, maka di Aceh ada dua Partai Lokal (Parlok) yang besar kala itu. Adapun 2 parlok tersebut yaitu, Partai Aceh (PA) dan Partai Nanggroe Aceh (PNA).

“Namun saat ini kedua Parlok besar itu sedang dalam kondisi yang tidak kondusif atau sedang adanya permasalahan di dalamnya, sehingga hal ini menjadi peluang atau momen terhadap parlok baru untuk masuk dalam arti kata menjadi sebuah partai baru yang bisa menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat Aceh terhadap kontes akbar nantinya yaitu Pemilu 2024,” jelasnya.

Menurutnya, sosok yang dibalik partai baru ini juga tidak kalah penting dalam mebangun atau menaikkan elektabilitasnya di kalangan masyarakat Aceh.

“Sosok seperti dibalik partai itu juga sangat penting, misal kita contohkan seperti PA itu identik dengan Muzakir Manaf atau akrabnya Mualem, kemudian PNA yang identik dengan sosok Irwandi, nah di Partai baru ini juga harus memiliki sosok yang khas atau memiliki sebuah track record, sehingga partai tersebut secara tidak langsung juga sangat identik dengan sosok dibalik partai itu sendiri,” jelasnya.

Di Aceh, kata Rafsanjani, tidak ada partai lokal yang identik atau berideologi Religius, seperti contohnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kini juga sudah nasionalis.

“Namun karena hal itulah, identiknya sebuah partai tersebut juga penting, seperti yang saya sebutkan di awal, sosok dibalik partai siapa? Sehingga meninggalkan sebuah sosok atau ciri khas atau identiknya seperti apa, apakah Nasionalis atau Religius,” sebutnya.

Dalam hal ini, Rafsanjani menjelaskan, partai-partai baru ini seharusnya harus sangat mementingkan kaderisasi, karena dalam sebuah partai kaderisasi itu sangat penting.

“Karena jika sudah bertarung dalam panggung pemilu maka saingannya juga orang yang memiliki intelektual dan kapasitas dalam memimpin, karena itu persiapannya yang harus diperkuat itu adalah kaderisasi,” tukasnya.

Menurutnya lagi, partai-partai baru ini juga harus bisa bersosialisasi dengan masyarakat. “Kalau misalnya ingin membuat sebuah program di masyarakat misalkan untuk pemberdayaan ekonomi, ataupun program-program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, itu juga tidak menjadi masalah, itu kembali lagi kepada partai tersebut, namun itu bisa saja berhasil, bisa juga tidak berhasil,” jelasnya lagi.

Dalam hal ini, lanjutnya, partai tersebut bisa bertahan harus dilihat secara personalitynya siapa yang berada di partai tersebut. “Sosok yang ada di balik partai tersebut menjadi sebuah tawaran awal kepada masyarakat, strategi seperti apa yang akan dilakukan dalam kontestasi Pemilu 2024 nantinya,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda